Yogyakarta- Masa depan Islam di Indonesia akan semakin cerah dan gemilang. Peranannya sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia di satu sisi semakin menguatkan modal menuju ke arah kemajuan. Tak hanya itu, kedudukan Indonesia sebagai negara muslim yang mampu memadukan antara Islam dan demokrasi menjadi prestasi tersendiri. Warna khas Islam yang ramah dan moderat, diyakini menjadi panutan bagi dunia internasional.
Namun problem mendasar adalah bahwa corak Islam Indonesia belum banyak diketahui oleh publik dunia. “Dalam buku-buku tentang Islam internasional, Indonesia tidak pernah muncul, tidak pernah disebut. Baru setelah era reformasi, Indonesia mulai dikenal sebagai negara muslim yang mampu menjalankan demokrasi dengan baik. Orang luar tidak mengenal Indonesia karena memang tidak pernah diperkenalkan.” Demikian dikatakan oleh Dr. Phil. Ahmad Norma Permata, dalam seminar kebangsaan di UIN Sunan Kalijaga, pada Kamis (3/3).
Menurut ketua LPCR PP Muhammadiyah itu, Islam yang banyak dikenal hanya dari dua hal: yaitu Arab dan kekerasan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam di Indonesia, khususnya Muhammadiyah, dituntut untuk membangun reputasi yang baik menjadi komunitas muslim yang disegani. Dalam konteks ini, menggalakkan pendirian Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di setiap negara menjadi sangat urgen. “Dalam waktu dekat akan berdiri PCIM Arab Saudi, Korea Selatan, dan Afrika.”
Di bagian lain, pendiri PCIM Jerman ini menawarkan dua langkah dalam menduniakan dan menginternasionalisasi Muhammadiyah. Pertama, membangun sikap mental. “Kalau ada yang ke luar negeri bukan hanya untuk berguru, tapi juga menggurui tentang keunggulan Indonesia, tentang demokrasi, civil society, good goverment, kesejahteraan publik.” Kedua, menguatkan demokratisasi di dalam negeri. Dikatakannya, “Kesejahteraan rakyat tidak diukur oleh pemimpin yang berkuasa, tapi oleh seberapa bagus kinerja birokrasinya. Masyarakat tidak perlu peduli siapa yang berkuasa, tapi apa yang dia lakukan ketika sudah berkuasa.”
Gagasan ini dikuatkan oleh Dr. Zuly Qodir, yang menyatakan bahwa saat ini sedang terjadi perubahan pola hidup dan keseragaman budaya internasional. Hal ini sebagai tantangan bagi umat Islam, khususnya Muhammadiyah untuk ikut berperan. Islam berkemajuan menjadi salah satu solusi dalam menghadapi konstelasi persaingan global. Islam berkemajuan sebenarnya sudah dipraktekkan oleh Muhammadiyah sejak awal yang berwujud sebagai Islam rahmatan lil alamin, mencerahkan, berdakwah dengan menggembirakan, mengedepankan substansialisme Islam yang berangkat dari hati, membebaskan dan memberdayakan, serta memanusiakan manusia.
Sementara pembicara ketiga, Bachtiar Dwi Kurniawan mengungkapkan bahwa sebagai solusi dari permasalahan utama bangsa Indonesia hanya bisa diselesaikan dengan dua cara, yaitu dengan memajukan pendidikan serta memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. “Untuk membangun demokrasi yang baik di Indonesia, maka rakyat harus dikenyangkan terlebih dahulu. Barulah mereka tidak akan goyah dengan politik uang dan kecurangan lainnya.” (Ribas)