Oleh: Deni Al Asy’ari
Ketika kita masih berusia anak-anak, sering sekali kita disuguhkan pertanyaan dari orang tua maupun sanak famili yang sudah dewasa, dengan kalimat? Ingin jadi apakah nanti kalau ananda sudah berusia dewasa? Secara spontan dan percaya diri, kita menyebutkan beragam macam keinginan. Ada yang ingin menjadi guru, ada yang ingin menjadi pilot, ada yang ingin menjadi polisi, ada yang ingin menjadi dokter, dan seabrek keinginan serta impian yang bisa kita ucapkan dan dengarkan kala itu.
Namun beranjak remaja, dan kemudian saat dewasa, sepertinya, terdapat di kalangan kita, yang mulai ragu dan tidak percaya diri lagi ketika ditanya ataupun menyebutkan sebuah impian kita kelak. Bahkan tidak sedikit pula kita yang merasa underestimate untuk mengungkapkan impian kita. Seakan-akan impian yang mungkin kita sebutkan, atau kita tuliskan, atau kita pikirkan dan sampaikan, menjadi sesuatu yang “naif”, dan khawatir dianggap sebagai sebuah kesombongan. Sehingga kita sering ragu dengan impian kita sebenarnya.
Padahal kita tahu, bahwa setiap kesuksesan dan keberhasilan, selalu diawali dengan sebuah impian. Tidak sedikit kisah sukses orang-orang besar saat ini yang berangkat dari sebuah impian. Salah satu contohnya adalah kisah Soichiro Honda, yang sekarang ini terkenal dengan produk ciptaannya berupa sepeda motor dan mobil bermerek Honda. Dalam kisahnya disebutkan, bahwa sewaktu Soichiro duduk di bangku sekolah, ia bukanlah seorang siswa yang pandai. Bahkan saat gurunya menerangkan pelajaran, Soichiro justru banyak melamun dan bermimpi berbagai penemuan yang cemerlang. Oleh karenanya, pada saat itu, Soichiro pun harus mendapat sanksi dikeluarkan dari sekolah, karena tidak bisa mengikuti pelajaran. Namun semangat Soichiro akan sebuah impiannya, tidak meredupkannya untuk terus berimajinasi.
Setiap saat, Soichiro selalu merangkai impian-impiannya dalam alam pikirannya, tidak jarang pula, Soichiro kadang harus melukiskan dan mencoret-coret impiannya dalam sebuah lembar kertas yang kemudian ditempelkannya di dinding ruang tamu, kamar dan tempat-tempat yang sering dilihatnya. Walaupun mungkin kala itu, ada saja orang akan mengejek maupun menilai naif dengan apa yang diimpikan oleh Soichiro. Namun, wal hasil, Soichiro pun, kini dapat memetik hasil dari impiannya, sebagai produser kelas dunia dalam bidang otomotif dengan merek Honda.
Sikap underestimate terhadap sebuah impian, sesungguhnya pengingkaran terhadap fitrah kita sebagai manusia. Sebab, bukankah kita terlahir atas sebuah impian? Tanpa impian, tentu kita tidak akan tahu tentang dunia. Impianlah yang mengantarkan kita hadir di dunia ini, dan karena sebuah impian itulah, perubahan di dunia ini terjadi. Dan karena impian itu pula, Soichiro Honda, yang dicap sebagai seorang anak yang tidak pintar, berhasil melahirkan produk Honda berkelas dunia. Maka sekecil apapun cita-cita dan impian kita ke depan, lakukanlah tanpa harus merasa underestimate.
Sebab dalam sebuah teori Self Imagination, jika kita membangun impian secara terus menerus, maka apa yang kita impikan tersebut, akan cenderung menghampiri kita. Norman Vincent Peale, dalam bukunya “ You can If You Think You Can” menyebutkan jika kita selalu merajut pikiran dan impian positif, serta membayangkan dengan semangat optimisme, maka percayalah, bawah apa yang kita impikan, akan cenderung mendekati kita.
Begitu pula, jika kita baca buku The Secret karangan Rhonda Byrne, yang berbicara tentang Law Of Attraction (LOA), sebuah aliran keyakinan yang kini sedang digandrungi dimana-mana, menyebutkan, “ Rahasia besar kehidupan adalah hukum tarik menarik. Hukum tarik menarik mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Ketika kita memikirkan tentang impian-impian, maka pikiran kita tentang impian tersebut akan dikirim ke alam semesta, dan secara magnetis pikiran kita tadi akan menarik semua hal yang serupa, dan lalu dikembalikan pada sumbernya, yakni diri kita”.
Gambaran di atas ingin menjelaskan, bahwa jika kita memiliki impian yang positif yang kita bangun secara terus menerus dengan sikap percaya diri, maka alam semesta pun akan menghimpun impian positif yang sama, dan akan terwujud dalam diri kita. Sebaliknya, jika kita tidak memiliki impian, atau berpikir atas ketidakpercayaan akan impian yang ada dalam pikiran (negative mindset), seperti putus asa, kecewa, ragu, selalu merasa kurang, maka gelombang pikiran tersebut juga akan memantul ke alam semesta, dan menarik pikiran-pikiran yang serupa ke dalam diri kita.
Dalam Islam pun, kita juga dianjurkan untuk selalu memiliki impian yang besar dalam hidup. Salah satu hadist Nabi menyebutkan “ Sesungguhnya Allah menyukai hal-hal yang tinggi dan mulia, serta membenci hal-hal yang rendah/remeh”. Bahkan dalam sebuah hadist Qudsi dipertegas, “ Aku akan mengikuti prasangka hamba-Ku kepada Ku. Jika prasangkanya baik, maka Aku akan menetapkan kebaikan untuknya. Jika prasangkanya buruk, maka Aku akan menetapkan keburukan untuknya (Hr. Ahmad)”.
Pandangan ini, memberikan dorongan yang luar biasa, agar setiap insan, semestinya berani untuk membangun sebuah impian yang baik dan besar. Sebab berangkat dari Hadist Qudsi ini, impian merupakan sebuah hukum pengharapan. Sebab seseorang akan menjadi apa, tergantung dengan apa yang dimpikan dan diharapkannya. Jika seseorang berharap menjadi pengusaha sukses atau seorang guru sukses di masa depan, maka dengan izin Allah SwT, ia akan menjadi pengusaha, atau guru sukses sebagaimana yang dimpikannya. Maka awalilah hidup kita, dengan senantiasa membangun impian-impian yang positif, dan janganlah pernah merasa underestimate dengan sebuah impian yang ingin kita bangun..
Lantas bagaimanakah langkah kita dalam membangun impian-impian besar? Pada kesempatan lain, kita akan diskusikan langkah-langkah membangun impian-impian dalam hidup.
Selamat membangun Impian dan Kesuksesan di masa depan!