Sleman–Persoalan degradasi moral dan perilaku intoleran yang telah menjangkiti masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Muhammadiyah sebagai organisasi yang mencerahkan masyarakat perlu kembali memperkuat komitmennya. Menanggapi hal ini, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman gelar workshop “Menghidupkan Nilai-Nilai Muhammadiyah dalam Pembelajaran” yang dilaksanakan di Grand Sargede Universitas Ahmad Dahlan Jl Pramuka Yogyakarta pada Ahad-Senin (6-7/3).
Workshop yang diperutukkan kepada para kepala sekolah Dalam menanamkan nilai-nilainya, Muhammadiyah sendiri tidak sekedar melalui program khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran. Akan tetapi, turut mencakup keseluruhan proses pendidikan yang ada di sekolah Muhammadiyah.
“Proses pendidikan Muhammadiyah yang berlangsung di Institusi mencakup adalah nilai-nilai kesopanan, toleransi, kehormatan, kejujuran, bertanggungjawab, bekerjasama, beribadah dan lain,” ungkap Dr Suparman DEA selaku penanggungjawab kegiatan.
Ia pun menambahkan bahwa dalam hal tersebut, pendidikan tidak boleh hanya sebatas transfer knowledge, sehingga yang terjadi adalah pendidikan hanya sebatas mencetak angka-angka saja.
“Penanaman nilai-nilai ini dapat dilakukan melalui keteladanan. Sebagai tindak lanjut, kepala sekolah selanjutnya mengadakan workshop serupa bagi semua guru di sekolah masing-masing. Di samping itu, kepala sekolah kemudian akan menanamkan nilai-nilai Muhammadiyah pada guru, karyawan dan siswa dengan metode yang diperoleh saat workshop,” imbuh Suparman.
Berbagai kasus kekerasan terhadap anak, tindakan asusila, bergabungnya sebagian masyarakat dalam ormas GAFATAR yang dinyatakan sesat oleh MUI, hingga isu LGBT, telah menjadi gong penanda masyarakat telah kehilangan nilai-nilai pegangan hidup. Penanaman kembali nilai-nilai muhammadiyah dalam menghadapi persoalan ini penting untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan pikirian Muhammadiyah abad ke-dua yang mengatakan bahwa di tengah perubahan zaman Muhammadiyah semakin dituntut untuk selalu meneguhkan ulang komitmen gerakannya dalam seluruh lapangan kehidupan.
Dalam kesempatan ini, hadir Christopher Drake sebagai pembicara yang merupakan Chairman of The Asia-Pacific Network for Moral Education and the Association for Living Values Education, a co-founder of The Mother and Child Health and Education Trust and TCK Learning Centre for Migrant Workers in Hong Kong. Selain Christoper Drake. Suparman juga menambahkan bahwa beberapa metode telah diajarkan dalam workshop ini oleh para fasilitator. Salah satunya, Christipher Drake mensosialisasikan metode pembelajaran dan penanaman nilai-nilai melalui permainan peran.
Workshop ini juga akan diisi oleh Ketua PDM Sleman H. Harjaka, S.Ag, S.Pd, MA, dan Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PDM Sleman Dr. H. Suwadi, M.Ag., M.Pd. Workshop ini turut dihadiri seluruh kepala sekolah SD, SMP, dan SMA/SMK Muhammadiyah se-Kabupaten Sleman. (ed-Th)