Oleh: Sudarnoto Abdul Hakim
Arah atau paradigma ke depan PTM yang seyogyanya dibangun secara bersama-sama sehingga menjadi perguruan tinggi yang besar dan diperhitungkan antara lain. Pertama, mensinerjikan kekuatan dan potensi PTM yang berjumlah 178 sehingga menjadi kekuatan nasional dan bahkan internasional yang menggerakkan perubahan dan kemajuan masyarakat.
Sudah tidak waktunya lagi PTM bergerak dan memikirkan dirinya sendiri dan sendiri sendiri. Sinerji dan kolaborasi di kalangan Internal PTM sudah harus dilakukan dalam rangka saling berbagi dan membesarkan.
Majelis Diktilitbang tentu saja menjadi institusi yang semakin diharapkan peran strategis dalam rangka mendisain strategi sinerji dan kolaborasi nasional antar PTM ini. Fungs-fungsi fasilitatif dan advokatif Majelis semakin diharapkan.
Kedua, Menegaskan distingsi PTM selain sebagai pengembang ilmu dan riset dan pengabdian kepada masyarakat, juga sebagai tempat menyemai dan memperkokoh karakter melalui pendidikan nilai. Atau yang di dalam nomenklatur Muhammadiyah disebut sebagai al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).
Pendidikan ini diarahkan kepada upaya untuk membangun dan memperkokoh awareness bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang dedikasikan diri untuk membangun masyarakat dalam bingkai keindonesiaan. Karena itu, gerakan transnasional radikal yang sering mengatasnamakan agama haruslah tertolak.
PTM harus bersih dan terbebaskan dari pemikiran, paham, gerakan, organisasi yang bertentangan dengan falsafah bangsa/Pancasila dan ideologi Muhammadiyah. Semua civitas akademika haruslah dijamin loyal kepada Pancasila dan ideologi Muhammadiyah. Harus ada langkah strategis secara nasional bahwa PTM adalah kampus Islam Rahmatan lil Alamin dan kampus sekaligus kebangsaan.
Ketiga, dalam rangka memperluas jangkauan dakwah Muhammadiyah secara internasional sebagaimana yang diamanatkan Muktamar di Makasar Agustus tahun lalu, maka PTM memperoleh tempat dan peluang yang sangat luas untuk memainkan peran strategisnya.
Berbagai persoalan global saat ini menerpa dan mulai terasa dampaknya di Indonesia. Diantara problem global ini ialah krisis Timur Tengah yang berkepanjangan, krisis kemanusiaan, krisis lingkungan dan kemiskinan dan sebagainya.
Orientasi global PTM sudah harus mulai diperkuat dan dikembangkan sehingga benar-benar kompetitif. Tentu saja melalui Majelis Diktilitbang, pemetaan secara lebih akurat untuk melihat manakah PTM yang berpotensi besar untuk didorong sebagai perguruan tinggi bertarf internasional harus dilakukan.
Ide memunculkan International Muhammadiyah University sudah saatnya dirintis. PTM haruslah mulai menjadi pemain penting di tingkat global.
Keempat, Membangun hubungan kelembagaan yang tepat. Terutama dengan pemerintah. Hubungan ini bisa berbentuk hubungan kolaboratif yang sejajar, hubungan advokatif dialogis dan hubungan kritikal. Dengan atau tanpa pemerintah, Muhammadiyah tetap mengembangkan dan memperkokoh dunia pendidikan untuk kemaslahatan bersama/bangsa.
Namun demikian, Muhammadiyah tetap bersikap kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang akhir akhir ini nampak tidak rasional, diskriminatif, menekan dan merugikan kepentingan umum. Kepentingan politik kelompok nampak lebih mengemuka ketimbang membela kepantingan bersama dan bersikap egaliter. Ini adalah abuse of power. Atas kecenderungan dan sikap pemerintah seperti ini Muhammadiyah tetap bersikap kritis dan PTM harus tepat memposisikan dirinya secara kelembagaan. PTM harus dibangun sebagai perguruan tinggi yang bermartabat, tidak munduk-munduk berharap sangat kepada pemerintah.
—————
Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua Dewan Pakar FOKAL IMM dan Wakil Ketua Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah