Misi Ganda Muhammadiyah

Menangkap Makna Lambang Muhammadiyah

Warga Muhammadiyah Foto Istimewa/SM

Oleh: Sudibyo Markus

 

”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kedalam Islam secara keseluruhan”

Surah Al -Baqarah 2:208.

Pada awalnya adalah pelajaran menghafal Surah Al-Ma’un. Kemudian setelah para santri hafal, datanglah perintah untuk melaksanakan makna dan kandungan perintah Allah tersebut. Inilah hakekat pengajaran dan pendidikan yang dirintis oleh KHA Dahlan. Kognitif dan motorik dipandu oleh semangat iman dan Islam. Bibit genetik inilah yang telah menjadi bibit awal yang kemudian membesarkan Muhammadiyah. Dari bibit genetik inilah, yang lahir di surau Kauman Yogyakarta hampir satu abad yang lalu, kini telah melahirkan gerakan kemanusiaan Islam, yang oleh Prof. James L Peacock dari Universitas Carolina Utara disebut sebagai gerakan kemanusiaan Islam terbesar didunia pada saat ini.

Muhammadiyah ini pulalah yang oleh Dr Douglas Ramage (World Bank) dan Prof. Andrew MacIntyre dari Australian National University (ANU), yang dalam laporan studinya . berjudul “Seeing Indonesia as a Normal Country” (Melihat Indonesia sebagai Negara yang Normal), yang dirilis oleh Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith di Canberra pada tanggal 27 Mei 2008 yang lalu, disebut sebagai mainstream Islam, atau arus utama Islam, yang berpengaruh besar pada berjalannya proses demokratisasi di Indonesia.

Bahkan dalam sebuah diskusi di Departemen Komunikasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas John Hopkins, Baltimore pada bulan April 2006, Jose Raymond, seorang guru besar komunikasi di Universitas tersebut bertanya, “apa yang akan terjadi dengan umat Islam dan bangsa Indonesia, seandaninya Muhammadiyah tidak pernah didirikan”? Pertanyaan kritis yang tak terduga, karena tak ada dalam daftar pertanyaan yang disiapkan oleh USAID Jakarta. Terkejut dengan pertanyaan retroaktif tersebut, penulis hanya sempat menjawab, “bisa terjadi, Indonesia menjadi mirip Afganistán atau Angola”.

Gambaran di atas menggambarkan, bagaimana organisasi dan gerakan seperti Muhammadiyah, yang dimulai dari pengajaran dan pendidikan, kalau dikelola dengan baik dan berkesinambungan, akan melahirkan semacam “butterfly effect”, atau efek kupu-kupu, menuju kekaaffahan Islam sebagaimana diperintahkan Allah dalam Surah Al Baqarah 2:208.

Islam Kafah

Islam ádalah pedoman hidup yang kafah. Kekafahan Islam bisa dilihat dari banyak segi. Kafah karena mencakup kehidupan jasmani dan rohani., kehidupan dunia dan akherat. Kafah karena tersusun dari sistem iman, islam dan ihsan. Kafah dalam ibadah dan mu’amallah. Kafah karena mengatur kehidupan manusia dari pribadi, keluarga hingga bermasyarakat dan berbangsa bernegara. Kafah dalam mengatur kehidupan manusia dari saat lahir hingga dijemput kematian. Kafah karena mengatur seluruh sistem dan tatanan kehidupan yang lengkap, bidang sosial, ekonomi, perdagangan, waris, damai dan perang, budaya, sampai kepemimpinan dan politik.

Vera Michele Dean dalam bukunya The Nature of the Non-Western World menyebut kekafahan Islam sebagai “four folds phenomena”, atau “phenomena empat ganda”, yakni dianggapnya Islam tersusun atas empat ajaran utama, yakni ajaran tentang (i) tauhid sebagai keyakinan dan sumber iradah, (ii) tatatan kehidupan yang lengkap, (iii) doktrin politik, dan (iv) interpretasi sejarah.

Karena kekafahan tersebutlah, maka dari sisi manapun sistem kehidupan Islam dimulai dan dibangun, serta dikelola dengan baik dan berkelanjutan, insya Allah akan selalu memberikan efek ganda atau berantai, mirip “butterfly effect” atau “efek kupu-kupu”. Efek kupu-kupu adalah efek yang ditimbulkan oleh kepak lembut dari sayap seekor kupu-kupu, dimana dari kepak sayapnya yang lembut, keluar angin nan lembut. Namun kalau angin lembut dari kupu-kupu di hutan belantara di Brasilia tersebut, beruntung bertemu dan bersinergi dengan angin lembut dari kupu-kupu lain, kemudian beruntung lagi bertemu dengan sergapan angin gunung, maka tak mustahil kepak lembut kupu-kupu dihutan Brasilia tersebut, setelah bertemu lagi dan bersinergi dengan angin-angin yang lain, tak mustahil akan menjadi angin puting-beliung atau tornado yang bisa meluluh-lantakkan negara bagian Texas di Amerika Utara.

Efek berantai semangat Al-Ma’un

Pengetrapan roh iman dan islam pada pelaksanaan Surah Al-Ma’un memberikan manfaat, baik kepada si anak yatim, maupun kepada para santri KHA Dahlan. Telah terjadi proses pencerahan spiritual, sosial dan intelektual pada para santri. Justru pencerahan iman, sosial dan intelektual inilah yang menjadi motor penggerak bagi upaya pencarian dan pengembangan lebih lanjut atas keberhasilan upaya yang telah dilaksanakan.

Secara berturut-turut, upaya penyantunan anak yatim yang amat historis tersebut, pada waktunya menuntut bentuk pengembangannya. Upaya pengembangan berikutnya tak cukup melalui upaya penyantunan, yang kini dikenal dengan istilah karitatif, atau berupa pemberian bantuan atau santunan belaka.

Baik karena tuntutan kebutuhan pada sang anak yatim atau fakir miskin, maupun karena tuntutan untuk memberikan bentuk pelayanan yang lebih maju, profesional dan komprehensif, maka pelayanan karitatif tersebut kemudian meningkat menjadi bentuk pemberdayaan masyarakat (community development) dan pengembangan kemampuan atau capacity building.

Sementara itu, kalau dalam penyantunan anak yatim dan dhua’fa masih memerlukan pendekatan sumber daya manusia (SDM) atau perorangan, maka pada upaya pemberdayaan dan pengembangan kapasitas, lebih memerlukan pendekatan kelompok. Upaya pemberdayaan masyarakat dan penghembangan kemampuan (capacity building) sebagai metoda dan tahapan, memerlukan dan melahirkan produk samping (by product) yang disebut modal sosial atau social capital, yang lebih mengutamakan solidaritas sosial dan cohesiveness.

Dan justru solidaritas kelompok, apalagi solidaritas dan hubungan interaksi dinamis antar berbagai kelompok inilah, yang kini sangat dihajatkan masyarakat, sebagai penyeimbang atas dominasi negara dan pasar, yang sudah sejak jaman dahulu kala mendominasi tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa. Interaksi dinamis dan independen antar kelompok, di luar campur tangan negara dan pasar, inilah yang kini kita kenal sebagai masyarakat madani, masyarakat warga, masyarakat sipil atau civil society (Hollifield and Jilison, 200:4).

Muhammadiyah sebagai mainstream Islam

Tak dapat disangkal, bahwa proses pencerahan ummat melalui pendekatan genetik pengajaran dan pendidikan yang sejak awal dirintis oleh KHA Dahlan itulah, yang dalam jangka panjang telah membangun mainstream Islam moderat yang turut membangun demokratisasi di Indonesia, sebagaimana dikemukakan oleh Douglas Ramage dan Andrew MacIntyre. Kiranya pertanyaan usil Jose Raymond, guru besar komunikasi Universitas John Hopkins di Baltimore tersebut, “apa yang terjadi dengan Islam dan bangsa Indonesia kalau Muhammadiyah tidak pernah didirikan”, bukanlah sebuah pertanyaan yang mengada-ada, karena memang ada benang emasnya.

Sementara itu, walaupun menurut Undang Undang Partai Politik, semua partisipasi politik warga negara harus disalurkan lewat Partai Politik, tapi peran politik atau political leverage Muhammadiyah tak pernah bisa dinafikan. Tentu saja peran politik Muhammadiyah, meminjam istilahnya Pak Amin Rais, adalah bukan peran dalam politik praktis, melainkan peran dalam politik adiluhung atau high politics, politik kenegaraan, termasuk advokasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan publik yang berkaitan dengan berbagai hajat hidup masyarakat secara luas.

Bahkan Muhammadiyah sebagai mainstream Islam Indonesia, juga terlibat dalam berbagai dialog peradaban internasional. Ketua Umum PP Muhammadiyah terlibat dalam demikian banyak forum-forum antar agama dan peradaban internasional. Demikian juga penulis, terlibat dalam forum-forum kemitraan antara LSM Islam dari Timur, bersama-sama dengan Syech Khumeini Foundation, Red Crescent Qatar, International Charitable Organization Kuwait dan World Muslim Youth Assembly Saudi Arabia, IHH Turku, dengan para mitra LSM Barat seperti Oxfam GB, British Red Cross, ICRD, IFRC dsb. Juga penulis terlibat dalam Global Humanitarian Platform, jeringan kemitraan antara LSM natsional, LSM internasional dan Badan-Badan PBB yang berpusat di Geneva.

Itulah peran ganda Muhammadiyah sebagai gerakan da’wah dan amar ma’ruf nahi munkar di dalam peran pemberdayaan masyarakat, peran pengembangan modal sosial bangsa, peran memperkuat masyarakat sipil, sebagai penyeimbang terhadap dominasi negara dan pasar, peran dalam demokratisasi serta peran dalam kehidupan politik kebangsaan, bahkan dalam pengembangan keadaban internasional..Namun pertanyaannya adalah, bagaimana peran-peran tersebut dapat ditumbuh-kembangkan secara harmonis dan seimbang, dapat maju bersama secara proporsional, untuk menuju tercapainya cita dan tujuan persyarikatan.

Exit mobile version