Yogyakarta- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Majelis Pemberdayaan Masyarakat, Majelis Lingkungan Hidup, Muhammadiyah Disaster Management Centre, dan LazisMu, Hajriyanto Y Thohari menyatakan bahwa organisasi Muhammadiyah bukanlah ormas yang hanya mementingkan banyaknya jumlah anggota dan kuantitas, tetapi lebih mementingkan pada unsur kualitas dan substansi.
“Betapa banyak kaum minoritas bisa menguasai karena kualitas. Orang non pribumi di Indonesia sangat sedikit tapi mampu menguasai 85 persen aset ekonomi di seluruh Indonesia. Komunitas SJ (Serikat Jesus) dalam agama Katolik juga berjumlah sedikit hanya ribuan orang saja, namun berkualitas dan menjadi rabi di masayarakat,” ungkap Hajriyanto di hadapan ratusan peserta rapat kerja nasional MPM PP Muhammadiyah di Gedung PPPPTK Matematika, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu (12/03/2016).
Menurutnya, sudah menjadi hal yang lumrah bagi para agent of change berlaku hukum alam untuk berjumlah sedikit. Jumlah yang sedikit bukan menjadi alasan untuk pesimis. Justru seharusnya menjadi kekuatan untuk meningkatkan kualitas, kapabilitas, dan kapasitas. “Dalam bahasa jawa, ibaratnya ragi.”
Gerakan Islam berkemajuan yang menjadi tagline Muhammadiyah bisa diwujudkan dengan jumlah anggota yang sedikit dan berkualitas. Berkemajuan menurut Hajriyanto, diukur dengan tiga hal, yaitu kemajuan dalam hal semangat, alam pikir, dan selalu beroirentasi pada masa depan; kemajuan yang berarti lebih baik dari sebelumnya; dan kemajuan yang berarti berkeunggulan.
Dikatakannya, bahwa kemajuan yang dibawa oleh Muhammadiyah sudah diakui negara sejak tahun 1961 ketika Soekarno memberikan gelar pahlawan untuk KH. Ahmad Dahlan. Dalam Keppres No. 657 tahun 1961 yang teksnya diyakini disusun sendiri oleh Presiden Soekarno itu menyatakan bahwa gelar pahlawan nasional diberikan karena empat alasan sebagai dasar penetapan. Pertama, KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat. Kedua, dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam. Ketiga, dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam. Keempat, dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
Di bagian lain, mantan wakil ketua MPR ini mengingatkan para peserta rakernas MPM bahwa dakwah dalam pandangan Muhammadiyah itu harus berupa kegiatan yang bersifat liberasi, yaitu membebaskan dan memerdekakan; emansipasi, yaitu mengangkat harkat dan derajat manusia; serta humanisasi atau memanusiakan manusia. (Ribas)