Oleh: Amrizal
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah, sifat dan gerakan IMM sama dengan Muhammadiyah yakni sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.
Ide dasar gerakan IMM adalah membangun tradisi intelektual dan wacana pemikiran melalui intellectual enlightement (pencerahan intelektual) dan intellectual enrichment (pengayaan intelektual). Strategi pendekatan yang digunakan IMM adalah melalui pemaksimalan potensi kesadaran dan penyadaran individu yang memungkinkan terciptanya komunitas ilmiah (Imam Cahyono, 2003).
Persoalan intelektualitas di IMM sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit kader-kader IMM yang tidak memperdulikan lagi persoalan kuliahnya. Sangat banyak kader bahkan pimpinan IMM yang tamatnya 7 dan 8 tahun.
Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, ada yang tidak tamat kuliah. memalukan dan memilukan. Ini merupakan kenyataan pahit yang harus menjadi catatan penting bagi kader-kader IMM untuk membenahinya dimasa yang akan datang.
Sayangnya kondisi ini diperparah dengan tidak adanya kesadaran para elit pimpinan yang ada di dalam IMM.
Membumikan Kembali Gerakan Intelektual IMM
Saat ini IMM banyak melahirkan intelektual tukang, meskipun itu sifatnya personal bukan organisatoris. Intelektual tukang yang bersifat personal sebenarnya terjadi akibat kader-kader IMM menggunakan IMM sebagai batu loncatan guna menduduki posisi-posisi sosial politik dan amal usaha muhammadiyah. Lebih-lebih hal ini terjadi karena kegagalan IMM dan Muhammadiyah dalam mengantisipasi dampak politik lokal yang terjadi akibat ketersinggungan IMM dengan politik praktis. Akibat efek ketersinggungan dengan dunia politik ini sebagian kader-kader IMM menggadaikan intelektualitas murni menjadi intelektualitas Tukang. (Miftahul huda, 2006).
Bersinggungan dengan dunia politik memang sebuah keniscayaan, namun demikian tidak harus diikuti dengan menggadaikan daya intelektual murni yang dapat berfikir dan bertindak bebas dengan intelektual tukang yang cenderung tidak dapat berfikir dan bertindak bebas dan justru mengekor dengan kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Sudah saatnya IMM kembali kepada paradigma awal gerakan IMM yaitu membangun gerakan intelektual sebagai basis gerakan untuk mencapai tujuan mulia Ikatan. Gerakan intelektual ini menjadi tugas yang harus dilaksanakan IMM disetiap level kepemimpinannya, karena ini juga menyangkut kelangsungan Muhammadiyah dalam mendapatkan suplai kader, dimana IMM juga berfungsi sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna pergerakan Muhammadiyah.
Terkait dengan upaya membangun gerakan intelektual IMM, Abdul Munir Mulkhan mengungkapkan ada tiga agenda besar yang dapat dilakukan oleh IMM : 1. Pengembangan pemikiran melalui berbagai kegiatan pengkajian dan dialog dalam berbagai bentuk. 2. Penelitian yang tetap harus terkait dengan pengembangan tradisi intelektual dan moral dakwah. 3. Searah dengan moral dakwah tersebut adalah pengembangan pengabdian masyarakat melalui keterlibatan IMM dalam pola KKN atau bentuk-bentuk konvensional seperti pelatihan ibadah, dakwah dan khutbah bagi mahasiswa yang merupakan salah satu konsep pengembangan kemampuan profesi persyarikatan.
Agenda ini merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan, apabila IMM masih ingin disebut sebagai organisasi gerakan intelektual. Sayangnya, pola gerakan IMM saat ini cenderung terjerembab dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya ceremonial dan melupakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan nalar berfikir kritis sebagai modal dasar gerakan intelektual.
Untuk mewujudkan IMM sebagai gerakan intelektual, IMM harus dapat memperluas dan menyediakan ruang-ruang pengembangan nalar intelektual. IMM harus menjadikan sekretariat IMM sebagai Pusat Belajar Kader, dimana IMM harus menyediakan ruang baca dengan mengumpulkan buku-buku yang dapat membantu dan mempermudah mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, IMM menfasilitasi Ruang Berfikir dengan menyemarakkan diskusi mingguan untuk kader dan mahasiswa. IMM juga harus membudayakan menulis (seperti lomba-lomba karya tulis ilmiah, dll) sebagai bentuk aktualisasi nalar keilmuan kader IMM.
Tidak ada yang tidak mungkin untuk dilakukan, jika ada kemauan yang tinggi untuk membangun IMM, dengan daya dan bakat yang dimiliki pimpinan dan kader IMM insya Allah dapat diwujudkan.
Upaya untuk mewujudkan IMM sebagai basis gerakan intelektual harus sepenuhnya disokong dengan sistem kaderisasi yang mengarah kepada basis tersebut. Sebab kaderisasi menjadi kunci utama dalam membentuk kader ikatan. Pembenahan pola dan sistem pengkaderan harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita Ikatan.
IMM sebagai organisasi kader yang diharapkan dapat melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan bangsa, IMM juga harus dapat meramu formula yang efektif dalam pengkaderan yang dilaksanakan. Sehingga IMM ini benar-benar dapat melahirkan tokoh-tokoh masa depan bangsa ini yang berkarakter.
Oleh karena itu IMM harus bisa mengambil peran dalam membina kader-kadernya agar memiliki karakter yang baik. Yang disebut berkarakter adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Selain itu, memiliki kepribadian, kemandirian, keyakinan diri dan disiplin yang baik pula.
Mereka yang memiliki semangat bersikap optimis dan berfikir positif, sehingga energi yang dibawa juga energi yang positif. Mereka ulet, tegar, tidak mudah menyerah, tidak cengeng dan gigih mengatasi masalah.
Sesungguhnya pendidikan karakter sudah lama didengungkan oleh IMM, sebagaimana motto IMM “anggun dalam moral unggul dalam intelektual”. Akan tetapi dalam aplikasi pelaksanaan masih jauh panggang dari api.
Banyak kader-kader IMM saat ini yang merasa benar dijalan yang sesat, yang terlena dengan jabatan duniawi, yang terlena dengan harta duniawi, yang menjadikan IMM hanya untuk popularitas duniawi, dll.
Untuk itu IMM harus bisa membenahi sistem pengkaderannya sehingga IMM dimasa depan akan dapat melahirkan tokoh-tokoh yang tidak menokoh, dan melahirkan tokoh yang berakhlak dan istiqomah dalam perjuangan Ikatan. Sesungguhnya yang lumpuh di IMM saat ini adalah hati nurani dan akal sehat.
Oleh karena itu ini harus menjadi cambuk bagi IMM untuk dapat membina kadernya agar punya hati nurani, punya akhlak dan moral yang baik serta memiliki intelektual yang cerdas. Jawabanya adalah benahi pengkaderan IMM.
Kaderisasi adalah urat nadinya IMM, karena seorang pimpinan IMM wajib mengikuti jenjang pengkaderan di IMM. Ketika pola dan sistem pengkaderan di IMM lemah, maka kualitas kader dan pimpinan yang dihasilkan juga akan rapuh dan lemah. Selamat Milad IMM ke 52, Selamat berjuang pejuang muda, semoga berkah rahmat ilahi melimpahi perjuangan kita semua.
Penulis adalah Ketua Umum PC IMM Kota Medan 2005-2007, Dosen FMIPA Unimed