Bangkok– Kehadiran Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) semakin dirasakan oleh publik internasional. Setelah beberapa kali menuai sukses dalam kegiatan tanggap bencana internasional, semisal gempa Nepal dan berbagai pengalaman dalam bidang kerelawanan di berbagai tempat, kali ini MDMC kembali dipercayakan untuk mengikuti ajang kesiapsiagaan bencana berskala besar. Adalah United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) menyelenggarakan “The International Conference on the implementation of the Health Aspects of Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030” di Bangkok, Thailand, pada 10 s.d. 11 Maret 2016 lalu.
Muhammadiyah Disaster Management Center menugaskan dr. Zuhdiyah Nihayati atau biasa dikenal denga nama dr. Zee, pada konferensi internasional yang menghasilkan dokumen Pengurangan Risiko Bencana Bidang Kesehatan (PRB Kesehatan) yang kemudian dikenal sebagai Bangkok Principles.
“Berbekal pengalaman di Muhammadiyah, pada proses penyusunan Bangkok Principles saya menyampaikan argumentasi akan pentingnya peran komunitas pada penerapan PRB bidang kesehatan, baik saat terjadi bencana, pasca bencana, maupun sebelum terjadinya bencana seperti dalam program penguatan RS Aman Bencana,” terangnya sebagaimana dikutip mdmc.or.id.
Menurut dokter di RS Muhammadiyah Lamongan ini, penekanan pentingnya peran komunitas ternyata sejalan dengan pemikiran delegasi dari berbagai negara, termasuk paparan dr. Bagus Tjahyono, Kepala Pusdiklat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menjadi salah satu panelis sebelum penyusunan dokumen. “Ide-ide MDMC menyatukan konsep safe hospital, safe school dan safe community menjadi satu konsep yang utuh sejalan dengan kesepakatan ini,” ujarnya.
Dalam diskusi penyusunan dokumen itu, dr. Zee juga menyampaikan pentingnya mempersiapkan tenaga kesehatan untuk mengenal penanggulangan bencana sejak dalam proses pendidikan, selain penguatan fasilitas layanan kesehatan dari sisi struktural, non struktural dan modifikasi fungsional. “Sehingga didapatkan profesi dokter, perawat, bidan, farmasi yang memiliki kompetensi pengurangan risiko bencana sebagai hasil proses pendidikannya,” lanjutnya.
Satu hal lagi yang menurutnya sempat disampaikan dalam penyusunan dokumen adalah perlunya dinyatakan bahwa kelompok resiko tinggi, perempuan, mereka yang memiliki penyakit kronis, kaum difabel, anak-anak dan orang tua dipastikan untuk memiliki ketangguhan menghadapi bencana pada aspek kesehatan ini.
Di bagian lain, pengurus MDMC itu menyatakan bahwa sejalan dengan dokumen SFDRR, Bangkok Principles juga menuntut perlunya kolaborasi antar sektor dan parapihak dalam penerapan PRB Kesehatan, sehingga kolaborasi pemerintah, masyarakat dan dunia usaha harus diperkuat. Dikatakannya, “Masing-masing negara sangat direkomendasikan untuk memiliki platform nasional PRB Kesehatan.”
Sementara itu dari sisi jenis ancaman bencana, fasilitas kesehatan kita masih kurang dipersiapkan untuk menghadapi pandemik atau bahkan ancaman endemik sebagai suatu bencana kesehatan, meskipun sudah masuk dalam dokumen rencana penanggulangan bencana di Rumah Sakit. (Ribas)