SLEMAN–Tolak ukur keberhasilan gerakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Muhammadiyah melalui majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) diletakkan pada perubahan masyarakat kepada kondisi yang lebih mandiri. MPM diibaratkan seperti ragi, atau yang diungkapkan oleh Hajriyanto Y Tohari sebagai ‘Filosofi Ragi’ dalam rapat kerja nasional MPM PP Muhammadiyah di Gedung PPPPTK Matematika, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu (12/3).
Kehadiran MPM di tengah masyakarat harus membawa perubahan menggunakan pendekatan-pendekatan yang menggembirakan dan berkemajuan bagi masyarakat. Ia juga mengimbuhkan agar masyarakat tidak dibebani dengan permasalahan, isu, konflik masa lalu yang justru melahirkan kebingungan dan kesedihan.
Bagaikan ragi yang mampu memberikan dan merubah rasa serta warna dalam makanan yang dicampurinya.
“MPM patut merenungkan filosofi Ragi yang selalu mampu melakukan perubahan warna dan rasa setiap makanan yang melekat padanya,” ungkap Hajriyanto.
Hajriyanto pun menambahkan, bahwa MPM sebagai agen dalam menegakkan pilar ke 3 dalam Muhammadiyah harus senantiasa memperluas gerakan pemberdayaan ini ke seluruh lapisan dan komunitas masyarakat. Upaya ini kemudian disesuaikan dengan permasalahan yang berkembang di tatanan grass root, agar program-program yang dilakukan oleh MPM mengacu kepada tindakan yang sifatnya membebaskan, memerdekakan, serta mengangkat harkat martabat manusia dan tanpa ada diskriminasi. (Th)