Oleh: Maslahul Falah
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Salah satu bagian dari nama-nama Allah yang terbaik (al-asma` al husna) adalah Al-Hakim, yang banyak disebutkan dalam Al-Qur`an, di antaranya Surat Al-Baqarah ayat 129:
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs Al-Baqarah: 129).
Al-Hakim sendiri sering diartikan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai Yang Maha Bijaksana. Syekh Ahmad Musthofa al-Maraghi dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi ketika menafsirkan al-Hakim dalam Surat Al-Baqarah ayat 129 menyatakan bahwa sesungguhnya Allah Maha Bijaksana dalam mengatur hamba-hamba-Nya dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh-Nya selalu mengandung hikmah dan maslahat untuk manusia.
Jamaah shalat Jum’at yang dirahmati oleh Allah SwT.
Al-Hakim bagi Allah SwT juga bermakna bahwa Allah SwT senantiasa memberikan al-hikmah kepada manusia yang dikehendaki-Nya dan dia mampu meraih dan menjemput hikmah itu sendiri. Salah satu ayat Al-Qur`annya adalah:
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Qs Al-Baqarah ayat 268-269).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Para ahli tafsir banyak yang menafsirkan kata al-hikmah dalam konteks ayat di atas. Di antaranya, Sayyid Quthb yang memaknai al-hikmah sebagai kelapangan dan kelurusan tujuan, mengerti sebab dan tujuan, dan menempatkan segala sesuatu pada proporsinya dengan penuh kesadaran dan pengertian.
Maka orang yang diberikan hikmah oleh Allah dan orang itu berkehendak atas hikmah tersebut pasti mendapatkan kebaikan yang banyak (khoiron katsiran).
Ciri khas orang yang diberi hikmah oleh Allah itu: (a) berarti dia telah dianugerahi kesederhanaan dan kelurusan. Maka dari itu dia tidak berbuat jahat dan tidak melampaui batas; (b) Ia telah diberi pengetahuan tentang sebab-sebab dan tujuan, karenanya ia tidak tersesat di dalam mengukur dan menentukan suatu urusan; (c) Ia juga telah diberi pandangan batin yang cemerlang dan membimbingnya kepada kemaslahatan yang tepat baik berupa gerakan maupun perbuatan.
Kita sering mendengar ungkapan Arab:
“Barangsiapa mengenal dirinya, maka sudah pasti dia mengenal Tuhannya.”
Maka tatkala Tuhan kita Allah SwT berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs Adz-Dzariyat: 56).
Maka berarti kita mengenal Allah dan hakikat tanggung jawab kita di dunia ini, yakni beribadah kepada-Nya. Ibadah sebagai jalan untuk bertaqarrub kepada Allah SwT dalam setiap saat. Allah SwT dalam surat Al-Ankabut ayat 45 berfirman:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut: 45).
Rasulullah saw juga menyebutkan dalam sabdanya yang diriwayatkan Imam Ahmad dan bersumberkan dari sahabat Abdullah bin Umar dan dinilai sanadnya hasan oleh Syu’ib al-Arnauth bahwa Rasulullah saw menyebut tentang shalat, yang artinya: “Barangsiapa yang menjaga shalat, pasti dia akan memperoleh cahaya, petunjuk (sinar), dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaga shalat, maka dia pasti tidak mendapatkan cahaya, petunjuk (sinar), dan keselamatan, dan pada hari kiamat nanti dia bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Dengan demikian, upaya menjaga shalat berarti membuka peluang yang sangat tepat untuk meraih al-hikmah.
Khutbah Kedua
Jamaah Shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Dalam khuthbah yang kedua ini marilah kita berdoa kepada Allah dengan penuh ketundukan dan keikhlasan niat dengan diiringi harapan yang sangat kokoh semoga doa kita ini dikabulkan oleh Allah SwT.•
—————————————–
Maslahul Falah, Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PCM Laren Lamongan.