Malang–Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dahlan Rais, mengatakan pengelolaan asrama mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah harus bisa melahirkan generasi penerus Muhammadiyah yang tangguh. Asrama mahasiswa juga harus dimanfaatkan sebagai pengembangan Islam, dakwah dan tajdid.
Demikian pokok pikiran Dahlan ketika memaparkan keynote speech dalam pembukaan Lokakarya Nasional Pengelolaan Asrama Mahasiswa PTM, Jumat (19/3), di hall HOS Cokroaminoto, hotel UMM Inn. Selain Dahlan, hadir dalam pembukaan acara itu, rektor UMM Fauzan, wakil ketua Majlis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Edi Suandi Hamid, ketua Majlis Tabligh PP Muhammadiyah Anhar Anshori. Lokakarya diikuti 77 peserta dari utusan PTM seluruh Indonesia. Acara ini akan berakhir Minggu (20/3).
Dahlan menyebutkan, asrama memiliki nilai sangat strategis, salah satunya untuk mendidik kader-kader persyarikatan. “Untuk itu pengembangannya bisa melalui ideologi yang dipegang teguh oleh Muhammadiyah yakni religiusitas, intelektualitas dan humanitas,” paparnya.
Sementara itu Fauzan memandang asrama memiliki dua fungsi sekaligus, yakni untuk penanaman ideologi dan pengkaderan, serta sebagai sumber pendapatan universitas. Seraya mengembangkan program untuk penguatan ideologi, kampus harus dapat menghasilkan dana mandiri dari pengelolaan asrama.
“Asrama sebagai salah satu fasilitas yang mendukung bagi kehidupan perkuliahan mahasiswa, juga harus digunakan sebagai sarana mewujudkan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah. Selain itu, jika pengelolaannya baik, maka asrama bisa dijadikan sumber penghasilan bagi kampus,” ujar Fauzan.
Senada dengan Fauzan, Edi Suwandi Hamid memaparkan Rusunawa atau asrama adalah sebuah aset bagi kampus yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan guna mewujudkan ideologi persyarikatan Muhammadiyah. “Bisa menjadi wadah pengkaderan bagi mahasiswa lulusan PTM,” ujarnya. Selain itu, Ia menambahkan, sesuai hasil dari Muktamar Muhammadiyah yang diselenggarakan Agustus tahun lalu, asrama sebagai salah satu amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah juga bisa dijadikan supporting fund bagi perguruan tinggi. “Jadi dana pengembangan kampus tidak hanya diperoleh dari biaya kuliah yang dibayarkan mahasiswa saja,” jelasnya.
Untuk memastikan bahwa asrama memiliki nilai strategis bagi kaderisasi, maka Edi mengusulkan agar ada penelitian komparatif ketika mahasiswa sudah lulus, antara yang tinggal di asrama dengan yang tinggal di luar asrama. Hal ini untuk mengukur sejauhmana efektivitas program pembinaan di asrama.
UMM sendiri memiliki dua unit Rusunawa yang merupakan bantuan Menteri Perumahan Rakyat. Keduanya kini dimanfaatkan sebagai asrama temporal maupun permanen. Satu unit digunakan untuk penginapan sementara untuk pelatihan dan mahasiswa asing, sedangkan satu unit lagi disewakan untuk mahasiswi yang tinggal di sana. Pengelolaan Rusunawa UMM pernah meraih penghargaan nasional sebagai perguruan tinggi dengan pengelolaan asrama mahasiswa terbaik se-Indonesia. (Humas UMM)