Yogyakarta– Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, bersama dengan para tokoh dari berbagai latar belakang mendeklarasikan Gerakan Jogja Independent (Joint). Bertempat di Angkringan Code Jetisharjo, Minggu siang (20/3), para tokoh yang hadir sepakat untuk mengusung calon independen sebagai bakal calon Walikota Yogyakarta di Pilkada tahun 2017 nanti.
Mereka yang hadir memiliki kegelisahan yang sama bahwa Kota Yogyakarta harus dikendalikan oleh walikota yang bebas dari kepentingan partai politik yang pragmatis, lebih tegas, dan memiliki keberpihakan pada rakyat kecil. Terlebih Yogyakarta dikenal sebagai kota yang memiliki banyak kampus dan telah berhasil meluluskan para sarjana yang kelak menjadi pemimpin di berbagai daerah di Indonesia. Sehingga diyakini masih banyak calon walikota di luar partai politik yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk memimpin. Para calon yang ditawarkan oleh partai politik dianggap hanya itu-itu saja dan tidak berhasil membawa perubahan yang berarti bagi kota kelahiran Muhammadiyah ini.
Menurut Busyro Muqoddas, calon independen merupakan salah solusi terbaik dalam menghindari calon pemimpin yang tidak memiliki visi dan ideologi kebangsaan yang kuat. “Para pemimpin yang diusung partai politik terikat dengan kontrak politik dan tidak jarang menjadi ATM parpol,” ujarnya.
Busyro menyatakan bahwa kepala daerah yang berangkat dari parpol, menjadi bagian kepentingan politik. Kesimpulan itu ia buktikan saat menjadi komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ketika dipimpin oleh wakil dari parpol tertentu, yang terjadi kemudian adalah bagi-bagi proyek untuk partai pengusung. Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) yang seharusnya untuk kepentingan rakyat, justru mengalir ke kelompok tertentu saja.
Dosen UII ini juga menyatakan bahwa, “Pemimpin sekarang ahistoris dan tidak mengedepankan kepentingan rakyat, yang ada, keberpihakan kepada pemilik modal. Kalau terus dibiarkan, Yogya akan habis.”
Selain Busyro Muqoddas, tampak hadir para budayawan, akademisi, dan tokoh masyarakat, di antaranya Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, Sutradara Garin Nugroho, pengamat Transportasi Danang Parikesit, Akademisi dan Aktifis Anti Korupsi UGM Zainal Arifin Mochtar, MC Lusy Laksita, dan beberapa tokoh lainnya menyatu di tempat yang sederhana di bantaran Kali Code ini.
Herman Doddy selaku Koordinator Joint mengatakan gerakan ini merupakan salah satu ikhtiar mencari pemimpin Kota Yogyakarta yang benar-benar pilihan masyarakat. Sehingga warga tidak lagi kecewa terhadap walikota yang terpilih. Saat ini Joint telah mengumpulkan sekitar 30 nama tokoh yang diyakini layak untuk memimpin Yogyakarta, namun Join tetap akan mengembalikan pilihan pada publik. “Masyarakat masih banyak yang kecewa dengan pembangunan di Kota Yogyakarta ini, nah kami yakin calon independen akan mendapatkan banyak dukungan dan target kami bisa mengumpulkan 45 ribu KTP Kota Yogyakarta,” ungkapnya. (Ribas)