Catatan Budaya Menjelang Ramadhan, oleh : Mustofa W Hasyim
Gejala ‘Tadarus Sepakbola’
Siapa sesungguhnya yang paling mendapat manfaat dan paling dapat mereguk keuntungan dengan hadirnya bulan suci Ramadhan? Tv swasta. Sebab dengan hadirnya bulan puasa para pengelola televisi swasta itu sanggup menyulap dan mendefinisikan umat Islam yang jumlahnya ratusan juta itu sebagai konsumen. Pertama, konsumen acara atau tayangan yang mereka sajikan. Kedua, konsumen bagi barang atau produk yang iklannya mereka sajikan sebagai pelengkap dari acara yang bertajuk menyambut Ramadhan itu.
Jadi para pengelola televisi swasta itulah yang paling panen penonton, panen iklan, dan ini artinya, mereka paling panen uang. Umat Islam sendiri yang jumlahnya ratusan juta itu hanyalah menjadi obyek, menjadi buih, dan menjadi ‘hidangan’ lezat dan empuk yang diperebutkan dan ‘dijual’oleh para pengelola televisi swasta. Umat Islam, sebagai konsumen harus mengeluarkan uang untuk membayar listrik (agar peswat televisi bisa hidup dan menyala), kadang harus membayar pulsa telepon (untuk ikut kuis atau untuk ikut bertanya dalam acara tanya jawab), harus membayar barang-barang atau produk yang diiklankan jika mereka ingin membelinya setelah mereka tergiur oleh rayuan iklan. Dan umat Islam yang jumlahnya ratusan juta pula yang harus membayar secara tidak langsung penyelenggaraan siaran televisi swasta itu sendiri. Paling tidak mereka membayar dengan waktu, perhatian dan kesempatan mereka yang sesungguhnya berharga sangat mahal dan lebih bermakna, lebih produktif dan bermanfaat jika dipergunakan untuk kegiatan lain, tidak sekadar nonton televisi.
Masalah, apakah dengan memahami posisi umat Islam yang sekadar sebagai konsumen yang disedot uangnya oleh pengelola televise secara tidak langsung itu kita lantas perlu ramai-ramai melakukan protes menyalahkan pengelola televisi swasta? Jangan dulu. Sebab dalam kenyataannya, umat Islam juga mendapat manfaat yang tidak sedikit dengan hadirnya begitu banyak paket-paket acara Ramadhan itu. Umat Islam ‘ditemani’ pada saat sahur dengan berbagai paket acara menjelang sahur, juga ‘ditemani’ pada saat berbuka puasa dengan berbagai paket acara berbuka puasa. Selain itu pada saat tengah malam pun, masih ada paket acara, misalnya menyaksikan suasana Masjidil Haram yang sedang dihadiri oleh jamaah shalat tarawih.
Kalau dicermati, hampir semua detik, menit dan jam selama Ramadhan itu televise swasta terus-menerus menghadirkan paket-paket acara yang bersuasana Ramadhan. Boleh dikata, semua stasiun televise swasta berubah menjadi televise Ramadhan. Berbagai kelompok usia pun mendapat paket acaranya masing-masing. Hanya sayang, karena lebih dari enam ratus jam tayang yang tersedia selama Ramadhan itu belum dapat sepenuhnya diisi oleh potensi-potensi visual yang berasal dari kalangan umat Islam sendiri. Maka seringkali banyak tayangan yang kurang sesuai dengan ajaran Islam atau acara yang tidak bertema Islam nyelonong di tengah-tengah enam ratus lebih jam tayang itu. Bahkan jika selama Ramadhan putaran pertandingan berbagai liga sepakbola dari negara asing diselenggarakan maka tidak jarang anak-anak, remaja dan bapak-bapak pada malam ramadhan bukannya melakukan tadarus Al Qur’an, tetapi justru asyik melakukan kegiatan ‘tadarus sepakbola’. Mereka menjadi lebih hafal para pemain sepakbola, hafal hasil score pertandingan, adegan yang dramatis selama pertandingan, dan siapa-siapa saja yang merupakan jago dalam memasukkan bola ke gawang lawan, atau penjaga gawang mana saja yang paling hebat membertahankan gawangnya, ketimbang hafal nama-nama surat dalam Al Qur’an.
Gejala seperti ini memang patut dicermati dan diprihartinkan. Sebab sekarang ini kehidupan makin lama makin melintasi batas-batas bangsa dan negara. Budaya global makin mencengkeram sebagian besar masyarakat dan Uma Islam. Dengan perangkat elektronika maka berbagai kejadian di pelosok dunia dan berbagai informasi makin mudah diakses oleh siapa pun. Lebih-lebih dengan munculnya teknologi internet yang selain membuka kesempatan untuk memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, juga membuka kemungkinan masuknya berbagai madlorot. Selama Ramadhan pun tidak jarang anak-anak, remaja, mahasiswa, atau bapak-bapak yang asyik masyuk tenggelam dalam dunia maya internet, melakukan penjelajahan ke seluruh pelosok bumi, melakukan komunikasi, dan banyak juga yang memperoleh manfaat, tetapi jika larut dan dikalahkan oleh godaan-godaan maya bakal akan panen dosa. Kalau sudah demikian peluang bahwa selama Ramadhan itu pintu surga dibuka (dalam arti orang beramal baik akan merasa ringan) dan pintu neraka ditutup ( dalam arti orang melakukan tindakan munkar dan keji akan merasa berat) akan menjadi sia-sia.
Merancang Acara Ramadhan
Gejala televisi dan gejala internet yang seperti itu memang perlu difahami dan dicermati, kemudian dikaji. Setelah itu ada baiknya, untuk tiap-tiap pribadi, tiap-tiap keluarga, tiap-tiap sekolah, tiap-tiap kelompok pelajar, tiap-tiap kelompok pengajian, tiap-tipa ormas Islam, tiap-tiap takmir masjir, tiap-tiap remaja masjid, dan tiap-tiap kantor atau perguruan tinggi kemudian merancang sendiri acara Ramadhannya masing-masing. Dirancang dengan menarik, tertata, bertujuan, dan segar. Dengan demikian kita semua menjadi punya banyak pilihan.
Sangat mungkin kita kemudian melakukan berbagai kombinasi. Misalnya salah satu paket acara Ramadhan di televisi dirancang menjadi salah satu bagian (bukan satu-satunya) dari acara Ramadhan kita. Kita pilih yang paling baik dan paling tinggi kualitasnya. Bisa pribadi atau sebuah keluarga menjadikan salah satu paket acara Ramadhan di televise itu sebagai sebagian kecil menu harian untuk menemani selama Ramadhan. Kemudian, ini dikombinasikan dengan salah satu paket acara yang diselenggarakan di masjid-masjid, atau di kampus-kampus, lalu dikombinasikan dengan paket-paket acara yang diselenggarakan, sekolah atau oleh ormas Islam atau lainnya. Sangat bagus kalau pesantren Ramadhan digalakkan, juga acara untuk menyelami kehidupan spiritual pada sepuluh hari terakhir, ditambah acara pribadi sekali berupa tadarus Al Qur’an dengan target selama bulan puasa dapat khatam sekian kali, paling tidak sekali.
Tentu saja semua itu masih belum cukup. Sebab paket-paket acara yang hanya menyentuh segi-segi kehidupan individual itu belum menjamin kita untuk mencapai derajat taqwa seusai bulan puasa.
Sebab selah satu hakikat atau maksud dari diperintahkannya ibadah puasa adalah selain untuk mengenali dan menguatkan mental spiritual atau menambah daya kesalehan pribadi, juga untuk mengenali penderitaan orang lain yang dluafa dan untuk menguatkan kehidupan mereka-mereka yang lemah. Dengan demikian akan sangat sempuran dan utuh jika selama bulan suci Ramadhan itu kita juga merancang kegiatan sosial yang sangat berdampak dan dapat dirasakan manfaatnya oleh fakir miskin di sekitar kita. Paket acara Ramadhan yang sudah rutin seperti memberi takjil, memberi shodaqoh, memberikan infaq, juga zakat fitrah jelas sudah akan terlaksana dengan sendirinya. Ditambah dengan paket sosial berupa bazaar atau pasar murah atau peninjaian dan silaturahmi ke panti asuhan yatim, rumah jompo, rumah sakit, silaturhami dan pemberian bantuan ke tempat pengungsian dan ke rumah-rumah yang menjadi korban bencana alam banjir atau ke korban-korban kecelakaan, atau berkunjung ke panti sosial lainnya.
Inilah artinya kita semua menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan rahmat, rahmat bagi semua orang.
Saya kira jika semua pribadi, semua rumah tangga, dan semua tempat ibadah tarawih (masjid, langgar, musholla, pesantren) mampu memberi makna sosial bagi kegiatan-kegiatannya, maka selama bulan Ramadhan yang hadir menjaid hlan rahmat dan ampunan pada malam hari jika dilihat dari mata batin akan memancarkan cahaya menyilaukan, cahaya yang indah gilang gemilang. Yaitu cahaya hati, cahaya jiwa dan cahaya ruh-ruh yang suci yang selain mampu menyelamatkan diri sendiri juga mampu menyelamatkan orang lain di sekitarnya.
Masalahnya, tentu tidak mudah merancang acara Ramadhan sendiri seperti itu. Diperlukan musyawarah atau rapat kecil dalam keluarga. Dan ini dapat diawali dengan mengumpulkan informasi tentang apa saja yang tersedia dan paket acara Ramadhan apa saja yang disiapkan dan disediakan oleh televise swasta, komunitas maya dalam intenet, yang disiapkan oleh komunitas Muslim di sekitar kita, di kampus kita dan sebagainya. Baru kemudian dipilih mana yang asyik, dilihat jadwalnya lalu dikombinasikan dengan paket acara mandiri yang dipilih oleh masng-masing anggota keluarga dan paket acara yang diikuti oleh semua anggota keluarga. Termasuk merancang buka bersama, atau menghadiri acara ceramah agama, dialog Ramadhan secara bersama-sama.
Mungkin ada acara ringan, seperti belanja bersama di salah satu pasar tiban yang menjual aneka makanan dan minuman untuk berbuka, dapat menambah asyiknya bulan Ramadhan tahun ini. Siapa tahu dapat ketemu teman lama, dapat bersilaturahmi dengan kenalan, dan mengurang stress.
Memang kombinasi acara berat, serius, denga acara hiburan dan ringan diperlukan agar bulan Ramadhan tahun ini selain berkesan juga dapat memberi arti yang banyak bagi kita semua. Dengan demikian dari tengah malam sampai tengah malam tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Semua bermakna ibadah, dan selalu tersedia pahala di setiap kegiatan kita, betapa pun kecilnya.
Silakan mencoba.