Klaten-–Di tengah musim gagal panen yang didera para petani desa Pandean dan Boyoan, Kecamatan Jatinom, Mulyadi justru menuai hasil yang maksimal. Sosok petani dampingan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhmmadiyah dan Majelis Ekonomi Pemberdayaan Masyarakat (MEPM) PCM Jatinom ini awalnya mengikuti pelatihan yang diadakan oleh MPM PP Muhammadiyah pada 23 Desember 2015, tepatnya beberapa hari setelah dia menanam padi. Petani dan aktivis Muhammadiyah ini menurut saja pada arahan dari konsultan pertanian MPM, Syafi’i Latuconsina dan Bambang Suwignyo.
Setelah 130 hari berlalu, pada Minggu pagi (27/03/2016), Mulyadi pun menuai hasil. Prosesi panen yang berlangsung di tengah persawahan Dusun Sribit, Desa Boyoan ini dihadiri oleh Ketua PP Muhammadiyah Drs. Marpuji Ali, M.Si., Ketua MPM Dr. Muh Nurul Yamin, Ketua divisi Pertanian MPM Bambang Suwignyo, Ph.D., dan rombongan pejuang jihad keberdayaan lainnya dari Yogyakarta.
Mulyadi begitu bahagia, ketika padi yang dia tanam pada Desember 2015 itu ternyata mengalami peningkatan jumlah produksi 30% dan penurunan biaya operasional produksi lebih dari 30% serta peningkatan kualitas gabah yang signifikan. Dari sebelumnya hanya menghasilkan 6 kwintal, kini ia memperoleh hasil 8 kwintal gabah. Bibit padi jenis silamaya yang ia tanam kali ini menggunakan pupuk organik dan obat perangsang hasil olahan sendiri, hasil campuran dari bahan dasar urine sapi, kotoran kambing, dan campuran pupuk.
“Saya baru mendapatkan pelatihan setelah menanam, jika saja lebih awal, bisa jadi hasilnya akan lebih baik. Saya merasa banyak kemajuan setelah ada pelatihan dari MPM. Saya berharap ada kelanjutan dari pembinaan ini, dan meminta supaya diberikan bibit yang bagus,” ujar Mulyadi dalam testimoni singkatnya.
Ketua PP Muhammadiyah, Marpuji Ali menyatakan bahwa panen kali ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak pernah lelah untuk beramal kebajikan dengan ikhlas. Dikatakannya, “Muhammadiyah tidak hanya ngobrol dan berpidato tetapi melakukan karya nyata. Allah yang akan memberikan pahala berlipat ganda.” Dosen UMS ini juga berharap supaya pengalaman sukses yang dialami oleh Pak Mulyadi bisa ditularkan kepada petani lain.
Dalam kesempatan itu, Bambang Suwignyo menobatkan Pak Mulyadi sebagai petani pelopor. Selama ini MPM begitu gencar untuk melahirkan sosok-sosok petani pelopor, yang kemudian menginspirasi para petani lainnya untuk bertani secara lebih efektif, efisisien, dan ramah lingkungan. Menurut dosen UGM ini, penggunaan pupuk organik sebagaimana dilakukan oleh Pak Mulyadi merupakan contoh pertanian yang baik dan tidak meracuni tanah. “Pupuk organik menyediakan semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah. Pupuk kimia terbatas, hanya unsur N, atau KCL, atau NPK saja pada satu jenis pupuk. Bahkan unsur mikro dan makro tersedia dalam pupuk organik,” ujarnya.
Di bagian lain, Muh Nurul Yamin berharap supaya gerakan pertanian bisa terdengung kembali. Panen kali ini merupakan yang pertama setelah pada dua minggu lalu, MPM mencanangkan Gerakan Kembali Bertani. “Pertanian yang menjamin kesejahteraan harus bisa menggerakkan semuanya. Bertani juga harus melibatkan anak-anak muda. Indonesia membutuhkan mujahid-mujahid pertanian,” katanya penuh optimis. (Ribas)