SLEMAN–Sejak satu abad terakhir ini kehebatan dan kebesaran Muhammadiyah sudah diakui banyak pihak. Tidak hanya di ranah nasional, di tingkat international sekalipun sangat sulit mencari ormas sehebat Muhammadiyah.
Jumlah sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi, pesantren, panti sosial, dan layanan umum maupun kesolidan anggota yang dimiliki Muhammadiyah memang tanpa tanding. Tidak ada hari yang terlewat tanpa amal kebaikan yang dilakukan persyarikatan Muhammadiyah.
Semua capaian itu terwujud di dunia nyata, namun di dunia maya, di lalu lintas udara, keberadaan Muhammadiyah masih terasa kurang mencerminkan kebesarannya.
Jangan dulu berbicara tentang televisi yang lebih kompleks urusannya. Sampai saat ini belum ada jaringan radio milik Muhammadiyah yang menguasai frekuensi di semua kota.
Memang, di beberapa kota sudah ada radio Muhammadiyah yang mengudara, namun dibandingkan dengan kelompok lain yang jauh lebih kecil segalanya daripada Muhammadiyah, radio-radio Muhammadiyah yang ada itu terasa tidak bisa mewakili kejayaan Muhammadiyah di dunia nyata. Bahkan boleh dikatakan, pasukan dakwah udara Muhammadiyah sudah jauh tertinggal dari kelompok lain.
Setidaknya itulah yang dapat dicatat dari acara “kopi darat pengelola dan penggiat Radio Muhammadiyah” 25-27 Maret 2016 yang lalu.
Saat membuka acara ini, Sekretaris PP Muhammadiyah, Dr Agung Danarto mengingatkan bahwa mimpi untuk memiliki pasukan udara yang kuat itu sudah lahir sejak muktamar tahun 1978 di Surabaya. Namun, mimpi itu sampai sekarang masih terhenti di alam mimpi. Namun, melihat realitas sekarang, PP Muhamadiyah telah berazam untuk mewujudkan mimpi itu. Kehebatan Muhammadiyah di darat juga harus tercermin di udara. Sudah saatnya Muhammadiyah menunjukkan kemodernannya di semua dunia. Di dunia nyata juga di dunia maya.
Menurut Agung, paradigma lama yang menganggap berdakwah di radio sebagai hal yang tidak nyata karena hanya menghadapi tembok harus diubah.
“Kita dibelalakkan taksi online, yang tidak nyata itu ternyata berhasil nyata. Mengisi tabligh di radio itu tidak menghadapi tembok, tapi menghadapi jamaah nyata. Oleh karena itu, sudah saatnya semua PDM mempunyai minimal satu stasiun radio yang kuat” tegas Agung.
Acara yang dihelat Lembaga Pengembangan Cabang & Ranting dan Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini sendiri menghasilkan beberapa keputusan dan juga rekomendasi. Di antaranya, seluruh Radio Muhammadiyah yang sekarang sudah ada, baik yang berbentuk radio niaga maupun radio komunitas, sepakat untuk berjejaring dalam satu kesatuan.
Forum itu juga meminta kepada PP Muhammadiyah untuk mewujudkan semacam bank materi siaran yang bisa diputar di seluruh radio Muhammadiyah yang ada.
Kalau pasukan udara Muhamadiyah cukup kuat, maka warga Muhammadiyah yang tersebar di Cabang dan Ranting tidak akan lagi dibingungkan untuk sekedar mencari frekuensi yang cocok untuk didengar. Warga Muhammadiyah juga tidak akan terbingungkan dengan ceramah yang tidak jelas dari berbagai kelompok yang saling menyesatkan. (k’ies)