Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) merupakan salah satu institusi pendidikan yang memiliki posisi strategis bagi persyarikatan Muhammadiyah ataupun Aisyiyah. Selain kini telah beralih menjadi universitas berkat kerja keras seluruh pihak-pihak yang terus menggulirkan dukungan, berdirinya UNISA juga diikuti oleh faktor historis yang berangkat spirit KHA Dahlan dalam menciptakan gerakan yang mengayomi, serta bersama-sama dengan masyarakat berdakwah melalui pendidikan, khususnya di bidang kesehatan. UNISA kini menjadi universitas pertama di Indonesia yang dikelola secara langsung oleh Organisasi Perempuan.
Inilah yang disampaikan oleh Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi Ketua Umum PP Aisyiyah dalam sambutan prosesi wisuda Program Diploma, Sarjana, Pascasarjana serta Pengambilan Sumpah dan Pelantikan Lulusan Bidan UNISA, di kampus terpadu UNISA, Kamis (31/3)
UNISA yang telah resmi beralih status pada 10 Maret 2016 lalu, dalam kesempatan ini luluskan 171 wisudawan dari 5 program studi di antaranya adalah Diploma III Kebidanan, Diploma IV Bidan Pendidik, S1 Ilmu Keperawatan, S1 Fisioterapi, dan S2 Magister Kebidanan.
Sebelum beralih status, UNISA yang dulunya adalah STIKES Aisyiyah Yogyakarta telah meraih predikat sebagai STIKES Terbaik dalam jajaran STIKES di Indonesia dari Kementrian Riset dan Teknologi. Maka dari itulah, Noordjannah menandaskan bahwa walaupun belum lama beralih status menjadi universitas, namun UNISA telah sejak lama menduduki posisi setara dengan universitas-universitas lainnya. “UNISA tidak mulai dari nol, karena telah lama setara dengan universitas,” tandasnya.
Ia pun mengimbuhkan bahwa Muhammadiyah dan Aisyiyah pun telah menargetkan untuk mengupayakan UNISA menjadi pilar ke 3 dalam tonggak perguruan tinggi di Yogyakarta setelah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Segala Ikhtiar yang dilakukan dalam mengembangkan UNISA akan didorong secara penuh oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah. Sehingga, ke depannya UNISA dapat dijadikan percontohan untuk Universitas Aisyiyah yang akan berdiri di tempat lainnya. “Selanjutnya agenda yang ingin diwujudkan dan didorong bersama untuk UNISA adalah selain agar terus memperkuat pengembangannya, juga untuk bisa memperoleh amanah mengelola prodi S2 Fisioterapi yang insya Allah menjadi yang pertama di Indonesia,” pungkasnya.
Rektor UNISA, Warsiti, M.Kep., Sp.Mat pun menyatakan hal senada, bahwa UNISA telah sejak lama terus mengembangkan diri. Pada momentum ini, UNISA yang diberikan amanah untuk memangku prodi Magister Kebidanan 2 tahun lalu, telah meluluskan 87 % dari prodi tersebut. UNISA juga menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang diberikan mandat mengelola S2 kebidanan, dan pada tahun 2017 ini siap menerima mahasiswa baru untuk 3 fakultas barunya. Warsiti memaparkan bahwa 3 fakultas baru tersebut terdiri dari 7 prodi yaitu Fakultas Sains dan Teknologi: S1 Bioteknologi dan Arstektur; Fakultas Sosial dan Humaniora: S1 Komunikasi, S1 Psikologi, S1 Akuntansi, S1 Manajemen, S1 Administrasi Publik. “Kehadiran UNISA ini adalah untuk memperkuat geraka perempuan Indonesia serta mewujudkan perguruan tinggi yang berkemajuan,” ungkap Warsiti. Hingga kini, UNISA telah menelurkan 8871 alumni yang bertebaran di seluruh penjuru nusantara dan siap membawa syiar Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan menjadi lulusan yang bermanfaat di masyarakat.
Dalam kesempatan ini hadir Perwakilan dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) DIY, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) DIY, Koordinator Kopertis Wilayah V Dr Ir Bambang Supriyadi, CES, DEA, dan Prof Lincolin Arsyad, PHd selaku Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah. (Th)