Oleh: M Muchlas Abror
KH FACHRODIN (1890-1929) anak H Hasjim Ismail. Rumahnya di Kauman, Yogyakarta, berdekatan dengan rumah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Ayahnya, ketika ia lahir, memberi nama Moehammad Djazoeli. Sedangkan Fachrodin, nama penggantinya, setelah ia kembali dari Tanah Suci. Beberapa saudaranya antara lain KH Syudja’ (kakak), Ki Bagus Hadikusumo, KHM Zaini, dan Siti Munjiyah (adik-adiknya). Mereka adalah murid langsung KH Ahmad Dahlan dan menjadi tokoh penggerak Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah pada zamannya.
KH Fachrodin tidak bersekolah. Tidak mengenyam pendidikan formal. “Saya ini tamatan sekolah di bawah pohon sawo?”, jawabnya kalau ditanya. Dulu, di halaman Masjid Gedhe, Kauman, Yogyakarta, banyak pohon sawo. Tapi, kini sudah tiada. Ia aktif, rajin, tekun, dan disiplin mengikuti pengajian yang diprakarsai dan diisi oleh KH Ahmad Dahlan. Apalagi pengajiannya menggunakan metode baru dan mudah diterima. Selain itu, memberi wawasan pembaruan, mencerahkan, dan menggerakkan untuk giat beraktivitas di masyarakat. Maka, ketika ke Makkah (1905–1907) di samping berhaji, ia manfaatkan untuk menuntut ilmu.
KH Fachrodin adalah seorang autodidak. Ia bersemangat menambah ilmu dengan belajar sendiri. Ia giat memacu diri agar tidak tertinggal dari orang lain dan dapat memberi kontribusi kebaikan kepada masyarakat. Nah, dari usahanya yang tak mengenal payah-lelah itu, ia mempunyai beberapa keahlian. Diantaranya berpidato, berorganisasi, dan mengarang. Tulisan karangannya tajam. Ia Pemimpin Redaksi pertama Suara Muhammadiyah yang terbit tahun 1915. Ia memiliki karakter teguh pendirian, berjiwa mandiri, terbuka dan terus terang.
Muhammadiyah berdiri tanggal 18 Nopember 1912. Empat tahun kemudian, pada tahun 1916, ketika Ketua PP Muhammadiyah masih di tangan KH Ahmad Dahlan, seorang pemuda bernama KH Fachrodin (26 th) mendapat kepercayaan menjadi Sekretaris PP Muhammadiyah selama beberapa tahun. Setelah itu, pada tahun 1920, ia ditetapkan menjadi Ketua Bagian (sekarang bernama Majelis) Tabligh PP Muhammadiyah. Pada periode kepemimpinan KH Ibrahim (1923–1932), ia menjadi Wakil Ketua I PP Muhammadiyah.
Tokoh Muhammadiyah ini dekat dengan dan sering mengundang pemuda datang ke rumah. Tentu dalam rangka kaderisasi, pembentukan kepribadian dan pemantapan kepada pemuda yang berpotensi untuk menerima estafet perjuangan sebagai generasi penerus. Pada suatu hari, tahun 1925, ia memanggil pemuda bernama Yunus Anis datang ke rumahnya. Pemuda itu seorang muballigh yang rajin dan mempunyai potensi untuk memimpin organisasi dan mengatur administrasi secara baik. Ia menasihatinya agar segera memproses menjadi anggota Muhammadiyah. Apalagi pernah menjadi guru Muhammadiyah dan Pengurus Muhammadiyah Cabang Betawi. Nah, kalau menjadi anggota Muhammadiyah harus lahir dan batin. Sebab, Muhammadiyah tidak cukup hanya di batin saja. Maka, harus menjadi anggota lahir-batin, harus bekerja lahir-batin, dan harus mengikuti peraturan Muhammadiyah.
Setelah KH Fachrodin menerima laporan bahwa Yunus Anis telah mendaftarkan diri menjadi anggota Muhammadiyah, maka ia menyarankan kepadanya agar memiliki, membaca berulang-ulang, memahami, menaati Statuten (Anggaran Dasar/AD) Muhammadiyah sebagai aturan permainan dalam berorganisasi. Selanjutnya, ia dapat menjelaskan dan memahamkannya kepada sesama warga Muhammadiyah dan masyarakat.
Kesungguhan, kerja keras, dan ketulusan KH Fachrodin, sebagai pengader, maupun Yunus Anis yang dikader membuahkan hasil. Yunus Anis mengikuti jejak pengadernya menjadi anggota yang hafal AD Muhammadiyah dan mampu memberikan penjelasan seperlunya. Nama HM Yunus Anis kemudian mencuat dalam Persyarikatan menjadi Sekretaris PP Muhammadiyah cukup lama dan Ketua PP Muhammadiyah (1959–1962).
KH Fachrodin menikah dengan Siti Moeljati binti H Ichsan. Dikaruniai keturunan seorang anak perempuan, Siti Marchamah namanya. Ia menikah dengan Hadjam, putra KH Hisyam, Ketua PP Muhammadiyah (1932 – 1936). KH Fachrodin seorang tokoh pergerakan nasional yang disegani dan dihormati. Ia dipanggil pulang menghadap Allah, wafat, pada tanggal 27 Februari 1929, di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dalam usia muda 39 tahun.
Atas jasa perjuangan dan pengorbanan KH Fachrodin, Presiden RI mengeluarkan Surat Kepres no 162 tahun 1964 menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.•