BANDUNG–Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Kabar duka kembali menyelimuti keluarga besar Persyarikatan Muhammadiyah. Adalah Ir. Achmad No’eman Djamhari, tokoh yang dijuluki sebagai arsitek 1000 mesjid menghembuskan nafas terakhir pada Senin sore (4/4/2016), pukul 16.00 WIB. Jenazah dimakamkam keesokan harinya, (5/4) di Cikutra, Bandung.
Adik dari Prof. Ahmad Sadzali dan juga anak dari alm. Muhammad Djamhari ini merupakan sosok pejuang berdirinya masjid Salman ITB. Ayahnya, Muhammad Djamhari tak lain adalah orang pertama yang mengenalkan dakwah pencerahan Muhammadiyah ke bumi Jawa Barat.
Tokoh kelahiran Garut, pada 10 Oktober 1962 ini menaruh minat pada dunia arsitektur diilhami oleh sang ayah yang selalu merancang sendiri madrasah dan masjid yang dibangun. Tamat dari salah satu SMA Muhammadiyah di Yogyakarta, beliau melanjutkan studi jurusan Teknik Sipil/ Bangunan di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Bandung (sekarang ITB) karena tidak ada jurusan arsitektur pada waktu itu (1948). Pada tahun 1952, ketika FTUI membuka jurusan arsitektur, Ahmad No’eman segera mendaftarkan diri dan bergabung.
Masjid Salman ITB merupakan salah satu bukti dari hasil karya nyata semasa hidupnya. Keinginan Achmad Noe’man untuk membangun masjid ITB bermula dari diskusi dengan kakaknya yang juga Dekan Fakultas Teknik ITB ketika itu. Beliau merasa kesulitan ketika hendak menunaikan ibadah shalat wajib apalagi shalat Jum’at, terlebih saat itu di ITB masih banyak orang Belanda bahkan rektornya juga seorang Belanda.
Tahun 1958, dibentuklah panitia dengan Prof. T.M. Soelaiman sebagai ketua dan Achmad Noe’man ditunjuk sebagai arsiteknya. Rancangan selesai, panitia mengajukannya ke Rektorat namun ditolak. Tak mau menyerah, seorang murid Noe’man mengusulkan untuk bertemu Presiden Soekarno melalui pamannya, seorang komandan di Cakrabirawa. Setelah terlibat diskusi yang cukup alot, akhirnya Presiden Soekarno setuju untuk membubuhkan tanda tangan beliau pada gambar rancangan. Presiden Soekarno jugalah yang memberi nama “Salman” karena terinspirasi arsitek perang pada zaman Nabi Muhammad saw. Bahkan beliau bersedia menjadi pelindung pembangunan masjid Salman. Setelah itu rektor pun menyetujuinya demikian juga dengan walikota Bandung. Hingga hari ini, masjid Salman ITB masih kokoh dan menjadi salah satu masjid yang telah melahirkan sekian banyak tokoh-tokoh bangsa. (Ribas)