Oleh : Pujiono, SSi, MM
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah!
Syukur alhamdulillah kita pada hari ini bisa datang untuk menjalankan perintah Allah selaku orang Mukmin yang wajib hukumnya untuk melaksanakan shalat jumat.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Anak adalah amanah Allah SwT yang diembankan kepada setiap orangtua. Bila kita cermati anak memiliki ragam karakter, jika kita telisik ada tiga karakteristik anak di hadapan orangtua, yakni:
Pertama, anak sebagai perhiasan orangtua, sebagai mana firman Allah dalam Al-Kahfi 46 yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Kedua, anak sebagai musuh orangtua sebagaimana Firman-Nya dalam At-Thaghabun ayat: 14 Artinya “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Ketiga, anak sebagai ujian atau fitnah, sebagaimana firman Allah dalam At-Taghabun 15:
Artinya “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Dari tiga karakteristik tersebut tergantung bagaimana orangtua mengelolanya, yang jika kita kurang hati-hati, akan menjadikan repot orangtua bahkan aib keluarga, rasa cinta yang berlebihan kepada anak juga tak baik, karena dapat melalaikan kita dari cinta dan taat kepada Allah, RasulNya. Perhatikan FirmanNya:
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24).
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Karena itulah mari kita siapkan dan kita didik anak-anak kita untuk menghadapi berbagai tantangan zaman yang semakin materialis dan liberal. Kita didik anak-anak kita dengan pondasi agama Islam untuk mewujudkan anak-anak yang shalih. Anak-anak yang beriman, istiqamah di atas keimanan dan ketakwaan, berakhlak karimah. Dengan anak yang shalih inilah dunia akan nyaman, tentram, sejahtera dalam kepatuhan kepada Allah SwT.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Ada platform dan rambu-rambu yang bisa dijadikan acuan kurikulum menjadikan anak shalih yakni An-Nisa` 36 yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa`: 36).
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Berdasarkan ayat ini, anak atau orang yang baik adalah:
Pertama, bertauhid, Berkeyakinan tidak menyekutukan atau menduakan Allah. Tauhid adalah hal dasar yang akan menjadi pondasi bagi anak sebagai mana Firman Allah Qs Luqman Ayat 13 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
Kedua, () adalah berbakti kepada ibu bapak, ini adalah wujud bukti anak shalih. Banyak cerita orangtua menderita bahkan terlantar setelah anaknya pada berumah tangga. Hanya demi sebuah karir kadang anak rela meninggalkan orangtua atau malah yang lebih parah menitipkan di panti jompo sementara cukup waktu untuk merawatnya.
Ketiga, berbuat baik kepada sesama manusia. Seiring dengan ketatnya persaingan hidup saat ini, rasa empati dan peduli terlihat memudar. Namun bila sejak dini anak kita pahamkan akan sebuah kepedulian terhadap karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu, maka rasa itu akan terpupuk.
Keempat, tidak sombong dan bangga diri. Sejak dini anak harus dipahamkan akan bahaya sikap sombong. Sombong adalah sesuatu yang dibenci Allah, karena hanya Allah yang boleh sombong. Namun bila kita saksikan saat ini banyak orang yang merasa lebih dibanding yang lain hanya karena status sosial. Banyak orang meremehkan sesama karena “nasab” dan jabatan. Dengan mendidik anak untuk bertingkah laku tidak sombong andap asor cermin generasi mulia.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Jika orangtua sanggup merawat dan mendidik anak dengan berdasar Al-Qur’an, An-Nisa ayat 36 di atas, Insya Allah anak shalih akan terwujud, inilah bukti kita telah bersungguh-sungguh melaksanakan Kurikulum Allah dalam melangsungkan generasi yang shalih dan shaliha.
Khutbah Kedua
Marilah kita tundukkan hati, pikiran, dan perasaan kita ke hadapan Allah. Kita memohon kepadaNya, semoga berkenan kiranya Dia menurunkan karunia, taufik, hidayah, dan inayahNya kepada kita semuanya, sehingga kita bisa mewujudkan generasi yang shalih dan shaliha. Amin.•
————————————–
Pujiono, SSi, MM, Kepala SD Muhammadiyah Program Khusus Banyudono, Tim Pendiri Pondok Pesantren Muhammadiyah Manafiul Ulum Boyolali.