Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah membuka ruang yang luas bagi tenaga kerja asing berkerja di Indonesia. Jika tidak dijaga, hal itu akan berdampak pada berkurangnya penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik.
Hal tersebut menjadi salah satu isu penting yang dibahas dalam pertemuan nasional Asosiasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (APPBIPA) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (9/4).
Pertemuan dilakukan untuk memaparkan program kerja sekaligus menyusun kepengurusan APPBIPA Jawa Timur. Hadir pada pertemuan ini Dewan Pembina APPBIPA Pusat, Dr Widodo HS, Kepala APBIPA Pusat, Dr Liliana Muliastuti MPd serta Pimpinan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dari perguruan tinggi se-Jawa Timur.
Menanggapi persaingan tenaga kerja yang begitu ketat di era MEA, Liliana menegaskan, BIPA akan memperjuangkan agar peraturan menteri ketenagakerjaan tentang tenaga kerja asing harus bisa berbahasa Indonesia diberlakukan kembali. “Peraturan ini penting untuk melindungi bahasa Indonesia dan SDM bangsa kita sebagai tuan rumah,” tegasnya.
Untuk itu, kata Liliana, di era globalisasi saat ini peran BIPA dalam mewujudkan internasionalisasi Bahasa Indonesia sangatlah penting. Menurutnya, BIPA merupakan ujung tombak agar bangsa Indonesia khususnya bahasa Indonesia agar bisa dikenal masyarakat internasional. “Karena ini juga merupakan amanah dari Undang-Undang Dasar,” terangnya.
Untuk mewujudkannya, Liliana memaparkan dalam pertemuan kali ini juga akan dibahas mengenai sertifikasi pengajar BIPA. Dengan adanya sertifikasi tersebut nantinya akan ada standarisasi bagi pengajar BIPA. “Ini salah satu yang menjadi pekerjaan rumah kita,” jelasnya.
Meski saat ini belum ada sertifikasi bagi pengajar BIPA, Liliana menjelaskan, untuk meningkatkan kualitas para pengajarnya APPBIPA selalu bekerjasama dengan badan bahasa dan perguruan tinggi untuk melakukan pelatihan metodologi pembelajaran bagi pengajar BIPA. “Mereka tetap harus memiliki kompetensi mengajar yang layak,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala BIPA UMM, Arif Budi Wuriyanto mengatakan, BIPA UMM selalu mengembangkan program internasionalisasi Bahasa Indonesia. Terbukti dengan dibukanya Indonesian Corner di Thailand dan rencananya di negara ASEAN lainnya. “Harapannya akan ada pengajar bahasa Indonesia yang berasal dari negara tersebut,” kata Arif.
Arif menambahkan pembelajaran BIPA harus dikembangkan secara integratif melalui bahasa dan kebudayaan. “Cara ini dapat membantu internasionalisasi universitas sekaligus mendidik mahasiswa untuk belajar tentang Indonesia,” terang Arif yang juga ketua APPBIPA Jawa Timur ini.
Program integratif yang dikembangkan antara lain pembelajaran bahasa Indonesia, bahasa Indonesia untuk tujuan riset, pengetahuan budaya Indonesia, keterampilan menulis riset dalam bahasa Indonesia.
Lebih jauh, Widodo HS berharap, anggota APPBIPA mampu mewujudkan internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui aksi nyata dan kinerja yang terancang. “Diperlukan kesadaran dan tanggung jawab yang tulus untuk memajukan BIPA, bahasa dan bangsa Indonesia di mata dunia,” pungkasnya. (Humas UMM)