“Jadi aktivis itu harus, tapi nilai juga harus tinggi”. Itu adalah satu dari sekian petuah guru bangsa, yang juga mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif. Nasehat yang sebenarnya sangat sederhana namum terasa mak-jleb di hati sebagian kader Muhammadiyah yang merasa dirinya sebagai aktivis.
Walau nasehat Buya Syafii ini disampaikan di acara Baitul Arqam purna satri Muallimin, namun sebenarnya nasehat itu ditujukan kepada seluruh kader persyarikatan di manapaun dia berada.
Di samping memberikan nasehat yang sangat mengena ini, Buya Maarif juga memberikan nasehat lain yang yang cukup banyak. Diantaranya; harus mapan dalam ekonomi, tidak mesti kaya tetapi jangan miskin, jadilah pemimpin dimanapun berada, jangan dipaksakan tapi jadikan itu sebuah pilihan.
Muhammadiyah telah mengisi otak masyarakat dengan ilmu, hati masyarakat dengan iman, sekarang harus menggencarkan mengisi perut masyarakat dengan perekonomian.
Jadi pemimpin itu sangat berat, tapi mulia dan menantang. Pelajari riwayat pendiri Negara, agar tahu kenapa bangsa dan negara kita harus merdeka.
Jadikanlah politik untuk menegakkan keadilan bukan mata pencaharian. Harus mampu bergaul dengan siapa saja, bahkan yang mengaku tidak beriman. Lakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dimanapun
Setangah kepala Daerah adalah “Pasien KPK”, menjadi tugas kita memperbaiki. Jadilah ikan laut, hidup di air yang asin tapi dagingnya tidak ikut asin. Ratap tangis tidak akan menyelesaikan masalah. Dunia harus diubah dan bukan ditangisi.
Mengurus Muhammadiyah itu sungguh melelahkan, tapi jika niatnya benar sungguh membahagiakan. Muhammadiyah 1 abad membantu bangsa dan negara. Tapi ketika kondisi negara tidak baik seperti saat ini, tidak cukup hanya dengan membantu.
Berkemajuan adalah memperbanyak kawan dan meniadakan musuh. Di semua unit peradaban, minoritas yang berkualitas adalah penentu.
Banyak membaca, banyak merenung, banyak menulis . (ima)