Haedar Nashir: Kapasitas SDM Menentukan Daya Saing Bangsa

Haedar Nashir: Kapasitas SDM Menentukan Daya Saing Bangsa

YOGYAKARTA–Menjadikan ummat yang sejahtera lahir dan batinnya, fisik dan ruhnya menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah, ketika dihadapi dengan situasi persaingan antar bangsa.  Hal ini disampaikan oleh  Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Haedar Nasir dalam Sidang Pleno 1 Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pembina Kesehatan Umat (MPKU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Rabu (14/04) di Ballroom Hotel Santika, Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini Haedar menyampaikan materi tentang peran Muhammadiyah di bidang Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, dan Amal Usaha Muhammadiyah Sebagai Media Dakwah Persyarikatan. Kaitanya dengan hal tersebut, Haedar pun menyadari bahwa sebuah bangsa akan  bergantung kepada Sumber Daya Manusianya (SDM). Pada kenyataannya, Indonesia kini masih kalah dalam persaingan.

“Peradaban sebuah bangsa bergantung kepada SDM nya. Jumlah mayoritas umat Muslim secara demografis merupakan sebuah keuntungan. Akan tetapi, realitanya tingkat persaingan kita masih tertinggal dari negara tetangga,” jelasanya.

Tidak hanya itu, menurut Haedar, di bidang pendidikan kini Indonesia pun mulai jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura. “Perbandingan kita sekarang hanya berada sebanding dengan Vietnam, Laos, dan Myanmar. Ini menjadi sebuah problem,” tambah Haedar.

Haedar menawarkan sebuah solusi terkait ketertinggalan yang sedang dialami oleh Indonesia. Bahwa membangun daya saing umat adalah kewajiban bersama. Selain itu, yang kalah pentingnya juga, adalah bagaimana merubah corak berfikir ummat yang selama ini cenderung tradisionalis simbolik.

“Ikhtiar kita membangun daya saing umat kita adalah keniscayaan. Yang harus kita bangun adalah alam berfikir kreatif, dan membangun perilaku rasional umat kita. Bangsa yang maju itu adalah bangsa yang rasional dan objektif. Bangsa yang tidak maju adalah yang irasional, dan yang mengutamakan ritual serta yang bersifat simbolik. Itu tidak menghasilkan produktifitas,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Haedar turut menegaskan menegaskan bahwa peradaban yang maju adalah yang memiliki posisi moderat. Dimana, ummat Islam di satu sisi tidak boleh terlalu zuhud, dan disatu sisi kita tidak boleh terlalu materialis atau serakah.

Terkait dengan MPKU, ia pun mengajak kepada seluruh AUMKes untuk melakukan pelayanan berdasarkan prinsip Al-Mauun sebagai implementasi dari dimensi praksis gerak Muhammadiyah. Bahwa pembinaan kesehatan yang dilakukan oleh haruslah mampu membina Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah, basis massa Muhammadiyah, serta masyarakat secara umum. “Karena tugas Muhammadiyah adalah membina kesehatan masyarakat,” tandasnya. (Indra-ed Th)

Exit mobile version