Muhammadiyah Sebagai Kekuatan Madaniyah

Muhammadiyah Sebagai Kekuatan Madaniyah

Haedar Nashir (Dok SM)

Muhammadiyah sejak kelahirannya sebenarnya telah menampilkan diri sebagai kekuatan civil Islam atau Madaniyyah. Yakni kekuatan umat muslim yang bergerak dalam memajukan masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang berperadaban (civiliazed). Dengan menamakan diri sebagai pengikut Nabi Muhammad (Muhammadiyyah),  gerakan Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan tahun 1912 ini  memusatkan diri pada dakwah pembinaan masyarakat dan tidak memilih perjuangan politik-kekuasaan di struktur negara. Langkah yang dilakukannya ialah pembaruan alam pikiran, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan kiprahnya di bidang dakwah dan tajdid kemasyarakatan itu Muhammadiyah secara sistematik berhasil memodernisasi atau mereformasi kehidupan masyarakat Indonesia.

Muhammadiyah selama puluhan tahun alhamdulillah telah ikut menoreahkan sejarah terbentuknya peradaban bangsa Indonesia,  termasuk di dalamnya peradaban umat Islam yang lebih maju. Di situlah letak Muhammadiyah sebagai kekuatan Madaniyah (Madaniyyah) mengikuti jejak perjuangan Nabi Muhammad dalam membangun masayarakat dan peradaban baru di Madinah Al-Munawwarah. Sebuah tatanan masyarakat baru yang bertauhid, berakhlak mulia, berpikir maju, hidup dengan golongan mana pun secara damai, dan terbangunnya peradaban yang mencerahkan dan menjadi teladan umat manusia. Dari rahim Masyarakat Madaniyah di Madinah itulah lahir dan terpancar peradaban Islam yang menjadi kekuatan dunia berabad-abad, ketika saat itu masyarakat Barat tengah berada dalam tidur lelap yang panjang.

Kini Muhammadiyah berada dalam kisaran peradaban modern yang dikuasai Barat. Barat berhasil membangun tatanan baru peradaban yang maju di segala bidang kehidupan. Namun Barat pun mulai mengalami krisis, baik dalam moral maupun politik, ekonomi, dan sebagainya. Umat Islam sedunia sejak era Kebangkitan Islam memiliki spirit dan langkah untuk bangun kembali dari ketertinggalan. Segala daya sudah dikerahkan. Tetapi masih jauh panggang dari api. Di level negara misalnya Republik Islam Iran memang berhasil menjadi kekuatan baru dunia Islam, tetapi masih belum menjadi rujukan bagi negara-negara muslim lainnya. Di pihak lain karena ingin berbeda dari Barat, negara atau masyarakat Islam tertentu seperti rezim Taliban di Afghanistan malah membangun corak negara dan masyarakat masa lampau yang anti-peradaban. Karena itu, kekuatan-kekuatan dunia Islam semestinya harus hadir dengan format dan era baru, yang melampaui Barat.

Muhammadiyah sebagai kekuatan masyarakat muslim yang ingin tampil untuk membangun peradaban masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (Khaira Ummah), tentu semakin dituntut kiprahnya yang optimal. Muhammadiyah telah berada di jalur yang tepat sebagai gerakan kemasyarakatan yang berkiprah di ranah dakwah dan tajdid.       Muhammadiyah tidak mengambil jalan perjuangan politik-kekuasaan di struktur negara bukan anti-politik, tetapi karena lebih fokus dan merasa tepat bergerak di jalur dakwah dan tajdid kemasyarakatan. Biarlah politik digarap oleh partai politik dan kader Muhammadiyah yang berkiprah di ranah politik kepartaian. Muhammadiyah tetap fokus dalam membangun masyarakat, sambil memberi kesempatan dan mendorong kader-kadernya yang ingin berkiprah di politik sesuai Khittah dan mekanisme organisasi. Di sinilah terjadi pembagian kerja yang baik dan elegan, dengan syarat kedua ranah itu digarap dengan kesungguhan dan penuh pertanggungjawaban untuk membangun peradaban Khaira Ummah. Bukan untuk mobilitas diri sendiri.

Kami yakin Muhammadiyah dengan gerakan dakwah dan tajdid yang berkiprah dalam ranah membangun masyarakat sangat relevan untuk kepentingan Indonesia dan dunia Islam masa depan. Harus ada gerakan Civil Islam yang kuat. Karena itu setiap anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah harus istiqamah dalam menghadirkan gerakan Islam modern ini menjadi kekuatan Madaniyah yang unggul di negeri ini. (HNs)

Exit mobile version