YOGYAKARTA–Persyarikatan Muhammadiyah sudah melayani umat dalam bidang kesehatan sejak tahun 1923. Melalui Majelis Penolong Kesengsaraan Umum (MPKU), Muhammadiyah mengambil tanggung jawab moral untuk bergerak dalam memberikan layanan kesehatan yang lebih baik kepada siapapun. Lebih jauh, Muhammadiyah menjadi inisiator dalam membentuk forum-forum advokasi pelayanan dan anggaran kesehatan.
Baru-baru ini, Muhammadiyah sukses menginisiasi Forum Masyarakat Madani Kesehatan Ibu Anak (FMM-KIA) di beberapa daerah. FMM KIA menjadi wadah dari berbagai perwakilan dari Organisasi Masyarakat Sipil. Pembentukan FMM KIA merupakan bentuk partisipasi penyelamatan ibu hamil dan melahirkan serta bayi baru lahir. Hal ini dilaporkan dalam sidang pleno V forum rapat kerja nasional (rakernas) Majelis Pembantu Kesehatan Umum (MPKU) di Hotel Santika Yogyakarta, pada Jumat (15/4/2016).
Salah satu pemateri, dr. Ibnu Naseer menyatakan bahwa dalam mengelola Rumah Sakit, MPKU Muhammadiyah tidak murni berorientasi bisnis, tetapi juga memiliki sisi pengabdian pada masyarakat. FMM KIA melakukan kegiatan dengan memberikan edukasi dan pendampingan terhadap ibu hamil, memberikan umpan balik kepada rumah sakit atau fasilitas kesehatan, serta melakukan advokasi terhadap stakeholder terkait untuk menciptakan kebijakan yang pro maternal (ibu hamil dan melahirkan) dan neonatal (bayi baru lahir).
Sementara itu, dr. Joko Murdianto menyatakan bahwa Muhammadiyah sangat inklusif dan terbuka untuk bekerjasama dengan siapa saja dalam rangka memberikan pelayanan bidang kesehatan, sebagaimana yang dilakukan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang bekerjasama dengan RS Kristen YAKKUM Bethesda, RS Panti Rapih, dan lainnya. FMM KIA pada awalnya merupakan salah satu bagian dari program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS), kerjasama antara USAID dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam rangka mencapai MDgs. EMAS juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi. Sehingga, Muhamadiyah bersama dengan Aisyiah dan JHPiego, Save The children, RTI Internasional, dan Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan melaksanakan Program EMAS terutama di RS Muhamadiyah dan Aisyiah diseluruh Indonesia.
Kegiatan yang sudah berlangsung sejak lima tahun terakhir ini sukses dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui peningkatan kualitas pelayanan emergensi maternal dan neonatal di rumah sakit dan Puskesmas serta untuk mengefisiensikan sistem rujukan dari Puskesmas ke Rumah Sakit.
Sudibyo Markus dalam paparannya menyatakan bahwa Pemerintah pada dasarnya sangat membutuhkan dukungan dari forum independen dan masyarakat sipil. “Banyak hal terkesan terpisah, tapi sebenarnya menjadi bagian tak terpisahkan dari pelayanan kesehatan,” ulasnya tentang pentingnya FMM yang memiliki modal sosial yang bagus.
Di kabupaten Blitar misalkan, advokasi anggaran yang dijalankan oleh FMM tergolong sangat berhasil. Dari mulanya anggaran Kesehatan Ibu dan Anak yang diperuntukkan bagi 24 Rumah Sakit dan Puskesmas hanya 75 juta, kini menjadi 1,5 M pada tahun 2016. Sementara di Labuhan Batu Sumut, forum lintas agama dan lintas profesi ini berhasil dalam menyelenggarakan sosialisasi, advokasi, dan menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKN (Angka Kematian Neuratus) dengan jumlah yang sangat signifikan, sebagaimana dinyatakan oleh Sabaruddin Marpaung, ketua FMM KIA dan sekaligus Sekretaris PDM Labuhan Batu. (Ribas)