YOGYAKARTA— Persyarikatan Muhammadiyah sejak awal kelahirannya telah didedikasikan untuk menyapa semua. Berlandaskan pada kitab suci, bahwa Muhammadiyah mendasarkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya sesama muslim, namun juga sesama manusia dan semua makhluk Tuhan. Hal ini dikatakan oleh Drs Tafsir, MAg Ketua PWM Jawa Tengah dalam sebuah sesi di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Penolong Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, di Hotel Santika Yogyakarta pada Jumat sore (15/4/2016).
“Muhammadiyah menyapa semua orang. Tidak hanya untuk bangsa namun juga untuk misi kemanusiaan. Ayat al-Quran menyatakan bahwa wa ma arsalnaka illa rahmatan lil alamin (tidaklah aku menciptakan kamu kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam). Kata seluruh alam berarti apa saja selain Allah,” ujar penulis buku-buku tentang filsafat ini.
Menurutnya, ada banyak landasan dalam dokumen-dokumen awal Muhammadiyah yang menyatakan bahwa Muhammadiyah diperuntukkan untuk melayani semua. “Keperibadian Muhammadiyah sudah cukup untuk menjadi landasan moral, yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah beramal dan berjuang untuk kesejahteraan semua. Ada juga kata “wa ‘ibadu al-rahman” dalam Quran menunjukkan bahwa kata al-rahman itu mengasihi semua, baik muslim maupun kafir. Karena itu kita bantu semua tanpa seleksi,” candanya.
Ketua PWM ini memiliki pengalaman melayani komunitas waria di Jawa Tengah. Menurutnya, Muhammadiyah memang menolak LGBT, namun bukan membenci dan menolak orang-orang marginal yang waria. “Waria pun harus dilindungi. Kita tolak LGBT, tapi melindungi kemanusiaan dan hak waria. Waria punya hak untuk menuju Allah dan bertaubat, karena itu mereka tidak boleh ditinggalkan,” katanya.
Di bagian lain, dirinya membandingkan gerakan kemanusiaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dengan yang dilakukan oleh kelompok Katolik. Lembaga milik Katolik sangat gencar dalam membina dan mendampingi anak-anak gelandangan dan kemudian mendidiknya hingga menjadi penginjil. Oleh karena itu, tidak ada salahnya Muhammadiyah bergerak lebih aktif untuk menolong semua. “Pada awalnya kan Muhammadiyah itu seperti Katoliknya Islam dalam hal amal usaha dan kemanusiaan. Muhammadiyah juga bagaikan Protestannya Islam dalam hal pembaharuan pemikiran. Namun kini dalam hal pelayanan, Muhammadiyah masih kalah dibanding dengan kelompok Katolik,” ujarnya sambil mencontohkan dalam hal pelayanan Rumah Sakit. (Ribas)