Hadirin, Sidang Jum’at yang berbahagia.
Kehidupan yang baik, bahagia dan sejahtera adalah harapan dan cita-cita kita bersama. Dalam do’a harian kita pun senantiasa terselip permohonan kepada Allah agar kita mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Bahagia tidak hanya pada unsur material, tetapi juga spiritual. Untuk itulah kita tidak segan untuk terus bekerja dan juga berdo’a kepada Allah SwT. Islam sesungguhnya telah menuntunkan kepada kita semua bagaimana kita dapat meraih kehidupan bahagia, tidak hanya pada kehidupan dunia saat ini, tetapi juga kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Pada kesempatan khutbah kali ini, perkenankan saya menyampaikan beberapa syarat yang dapat menuntun kita mewujudkan kehidupan yang baik, bahagia dan sejahtera.
Pertama, hidup kita harus berdasar tauhid. Hidup berdasar tauhid berarti hidup dijalankan sepenuhnya untuk meng-esa-kan Allah, ber-Tuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada Allah. Ajaran tauhid ini adalah esensi dan tumpuan ajaran Islam yang tetap, tidak berubah-rubah, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad saw. Keyakinan tauhid harus meliputi tiga aspek; yaitu keyakinan bahwa Allah mencipta dan memelihara alam semesta; keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang Haq; dan keyakinan bahwa Allah-lah yang berhak dan wajib disembah. Dari sini selanjutnya akan lahir dua kesadaran hidup yang selalu kita pegang, yaitu kesadaran akan adanya hari akhir di mana manusia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya, dan sadar bahwa hidup manusia semata-mata untuk selalu berbuat baik dan beramal shalih. Ajaran tauhid ini yang akan menjadikan hidup kita menjadi kuat, merdeka dan tidak mudah goyah dengan berbagai faham dan godaan yang hadir dalam kehidupan kita. Allah menyatakan dalam Qs Al-Baqarah [2] ayat 256:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”
Hadirin yang dimuliakan Allah SwT.
Syarat yang kedua adalah keyakinan bahwa hidup kita haruslah bermasyarakat. Dalam pandangan Islam, kita dan kehidupan ini sesungguhnya merupakan obyek pokok dalam hidup pengabdian kepada Allah. Sebagai manusia, kita adalah makhluk berpribadi. Namun pribadi kita tidak akan mempunyai arti dan nilai hidup apa-apa apabila hidup hanya sendiri-sendiri. Hidup bermasyarakat sesungguhnya adalah sunatullah dan berfungsi untuk memberi nilai yang sebenar-benarnya bagi kehidupan kita sendiri. Untuk itu diperlukan kesadaran setiap diri untuk berlaku tertib, baik secara pribadi maupun dalam hidup bersama, agar mampu mewujudkan kehidupan masyarakat yang baik, bahagia, dan sejahtera. Salah satu cara yang dapat kita wujudkan dalam kehidupan bermasyarakat adalah dengan berbagi kemudahan dalam menjalani kehidupan. Bagi kita yang gemar untuk memudahkan saudaranya yang berada dalam kesulitan, maka menurut Rasulullah saw dia akan mendapatkan kemudahan hidup, baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana sabda beliau:
“Barangsiapa yang meringankan/menghilangkan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan meringankan/menghilangkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)
Syarat ketiga adalah dengan menyakini dan senantiasa memperjuangkan ajaran Islam sebagai sendi untuk membentuk peribadi unggul dan ketertiban hidup bersama. Kita semua tentunya yakin bahwa agama Islam adalah syumul (komprehensif), agama yang mengandung ajaran yang sempurna, sebagai petunjuk dan rahmat Allah kepada umat manusia untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam Qs Al-Maidah [5] ayat 3:
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”
Karenanya kita pun memiliki keyakinan bahwa agama selain Islam tidak akan mampu menjadikan kehidupan manusia bahagia, bahkan sebaliknya akan membawa kepada kehidupan yang merugi. Sebagaimana dinyatakan firman Allah dalam Qs Ali Imran [2] ayat 85:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”
Keyakinan kita terhadap Islam, selanjutnya menuntut kemauan kita untuk terlibat aktif dalam kegiatan sabilillah, yaitu jalan untuk menyampaikan, memuliakan dan melaksanakan ajaran Islam di kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan sabilillah hakikatnya merupakan perwujudan amanah Allah selaku khalifatullah fil ardl. Untuk itulah, dalam pelaksanaan kegiatan sabilillah tidak hanya diperlukan dukungan ilmu agama, tetapi diperlukan pula dukungan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna terlaksananya amanah secara baik.
Hadirin, sidang Jum’at yang dirahmati Allah.
Syarat keempat adalah senantiasa ittiba’ (mengikuti) pola hidup para Rasul, terutama Rasulullah Muhammad saw. Kehidupan para Rasul adalah contoh terbaik bagi kehidupan kita. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam Qs Al-Ahzab [33] ayat 21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Dalam tataran pelaksanaan, kita harus mampu mempelajari berbagai faktor yang menjadikan kehidupan para Rasul itu bahagia. Faktor-faktor itulah selanjutnya kita analisis dan ikuti sehingga kita pun dapat meraih kehidupan bahagia sebagaimana yang telah dicontohkan para Rasul. Di antara sifat pokok pola hidup para Nabi Allah yang dapat kita teladani adalah semangat ibadah, jihad (bersungguh-sungguh), mengerahkan seluruh kemampuan, pengorbanan, ikhlas, penuh tanggungjawab, penuh kesabaran dan tawakal (berserah diri) kepada Allah.
Hadirin, syarat kelima adalah dengan membentuk komunitas atau organisasi yang berfungsi sebagai alat mewujudkan hidup bahagia. Berorganisasi dan bekerjasama adalah sebuah keniscayaan dalam mewujudkan dan mengamalkan ajaran Islam. Melalui organisasi kita akan lebih mudah dan ringan dalam menjalankan ajaran Islam, termasuk dalam mewujudkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Melalui organisasi kita dapat berdiskusi dan bermusyawarah menentukan langkah dan strategi bersama dalam mengatur hidup dan kehidupan guna mewujudkan kehidupan yang baik, bahagia, dan sejahtera yang didambakan. Allah SwT berfirman dalam Qs Ali Imran [3] ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma›ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.”
Demikianlah lima jalan yang dapat kita ambil dalam upaya meraih kehidupan
yang bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
KHUTBAH KEDUA
Hadirin yang dimuliakan Allah SwT.
Marilah pada akhir khutbah yang kedua ini kita sejenak tundukkan dan khusyukkan hati kita untuk berdoa ke hadirat Allah SwT agar kita selalu mendapatkan hidayah dan bimbingan-Nya.•
———————————————————–
Miftahulhaq Dosen AIK UMY, Wakil Sekretaris Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.