“Pemimpin itu mestinya bukan hanya merasa bisa. Tapi, seharusnya pemimpin itu juga bisa merasa”.
Kalimat yang sarat makna itu disampaikan anggota Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution kepada Suara Muhammadiyah untuk mengomentari “sopan-santun” para pangereh praja kita kita menyambut kedatangan Samadikun Hartono, salah satu penjahat ekonomi Indonesia.
Sebagaimana kita tahu, Samadikun Hartono adalah terpidana dalam kasus BLBI yang kabur keluar negeri, sesaat sebelum dieksekusi.
Menurut Maneger Nasution, para pejabat itu seolah tidak bisa lagi merasakan perasaan publik kita. Dengan melihat tayangan yang ada publik mulai membanding-bandingkan, sopan-santun aparat hukum itu ketika menghadapi maling ayam, atau ketika memindahkan terpidana lain yang sudah sangat sepuh beberapa hari yang lalu.
Meskipun tidak harus dibandingkan, perlakuan terhadap terpidana lain yang sudah sangat sepuh diborgol dan dikerubungi polisi bersenjata lengkap masih dikawal panser vs perlakuan terhadap koruptor trilyunan tanpa diborgol, tanpa dikawal polisi, bahkan disambut bak pahlawan langsung oleh 2 pejabat tinggi kita. Bahkan dengan melambai-lambaikan tangan lagi. Jelas mengusik rasa keadilan dan rasa kemanusiaan kita.
Maneger Nasution juga menyatakan bahwa dalam perspektif HAM, dunia kemanusiaan kita tercederai perasaan keadilan dan respek publik ketika melihat sikap tidak respek dan diskriminatif pemangku kepentingan.
“Semoga ini tidak menyempurnakan tingkat kerusakan harga diri bangsa kita”. Tegasnya setengah berharap. [BA ed K’ies]