• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Jumat, Desember 19, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Ketika Puan Maharani Pulang Ke Kampung Muhammadiyah

admin by admin
24 April, 2016
in Kolom
Reading Time: 2 mins read
A A
3
Ketika Puan Maharani Pulang Ke Kampung Muhammadiyah
Share

Fatmawati  (Nenek Puan), ayahnya bernama Hassan Din dan ibunya bernama Siti Chadidjah. Ayah dan Ibu Fatmawati ini merupakan aktivis Muhammadiyah. Sebelum memasuki usia sekolah, Fatmawati kecil ini telah menempa diri dengan “ngaji” belajar agama (membaca dan menulis Al-qur’an) pada sore hari baik kepada datuknya (kakeknya), maupun kepada seorang guru agama, di samping membantu mengurus pekerjaan orang tuanya. Semangat untuk belajar agama secara ekstra terutama di Sekolah Standar Muhammadiyah masih terus dilakukan meskipun sudah mulai memasuki sekolah di HIS (Hollandsch Inlandsch School) pada tahun 1930.

Ketika ibukota Republik Indonesia berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta, Fatmawati sering mengikuti kegiatan Aisyiyah di Kauman Yogyakarta yang berseberangan jalan ke arah Selatan dengan Gedung Agung Yogyakarta (tempat tinggal resmi Presiden). Bagi Fatmawati, kegiatan semacam ini tidak asing baginya ketika masih tinggal di Bengkulu.

Baca Juga

Anies Baswedan: Tantangan Bangsa, ada di Pengembangan Kualitas Manusia

UMM dan Polri Dialogkan Revisi UU Terorisme

Selain, Soekarno dan Fatmawati yang pernah tinggal di Kampung Muhammadiyah juga Kakek Buyutnya  Hassan Din dan  Siti Chadidjah. Hassan Din adalah seorang Pengurus (pemimpin) organisasi Muhammadiyah cabang Bengkulu. Di samping, juga bekerja di Borsumij (Borneo – Sumatra Maatschappij), yaitu sebuah perusahaan swasta milik orang Belanda. Akan tetapi, ketika Hassan Din dihadapkan pada salah satu alternatif pilihan, beliau memilih keluar dari Borsumij, dan lebih memusatkan diri pada Muhammadiyah yang dipimpinnya. Sepasang suami-istri ini selanjutnya terlibat aktif dalam perserikatan Muhammadiyah.

Jadi wajar, jika kemudian Puan Maharani ingin merasakan pulang kampung. Tinggal kini, bagaimana sikap penghuni kampung  apakah welcome atau menolak. Jika welcome tentu akan membuat Puan atau mungkin orang yang serupa Puan betah di Kampung Muhammadiyah dan menyesuaikan diri dengan suasana kampung. Tetapi jika menolak, bisa jadi hengkang dan tidak kembali lagi. Tinggal kini pilihannya ada pada penghuni Kampung Muhammadiyah. (***)

Page 3 of 3
Prev123
Tags: featuredKampung MuhammadiyahPuan Maharani. Pulang Kampung
admin

admin

Related Posts

Anies Baswedan: Tantangan Bangsa, ada di Pengembangan Kualitas Manusia
Berita

Anies Baswedan: Tantangan Bangsa, ada di Pengembangan Kualitas Manusia

26 Mei, 2016
UMM dan Polri Dialogkan Revisi UU Terorisme
Berita

UMM dan Polri Dialogkan Revisi UU Terorisme

26 Mei, 2016
Hadirkan Gayus Lumbuun, FH UMM dan APPTHI Urai Konsep Kerja Sosial bagi Narapidana
Berita

Hadirkan Gayus Lumbuun, FH UMM dan APPTHI Urai Konsep Kerja Sosial bagi Narapidana

26 Mei, 2016
Next Post
SR TB-HIV Aisyiyah Care Gelar Pelatihan Capacity Building

SR TB-HIV Aisyiyah Care Gelar Pelatihan Capacity Building

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In