Yogyakarta-Beragam pujian dialamatkan kepada grup pantonim SD Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta. Pertunjukan pantomim berjudul “Radio Mbah Darmo” yang dibawakan oleh 75 siswa-siswi dari SD Muhammadiyah Sapen, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), pada Jumat malam (22/4) berhasil memukau ratusan penonton yang hadir.
Penampilan ini bukanlah yang pertama, sebelumnya SD Muhammadiyah Sapen juga telah tampil di berbagai ajang dan bahkan hingga tingkat nasional. Tahun 2015 lalu, kelompok pantonim ini juga tampil di Festival yang sama dengan sangat memukau. Kelompok Pantomime dari SD Muhammadiyah Sapen merupakan satu dari lima penampil yang bakal memeriahkan festival pantonim tahun 2016. Para pemain merupakan siswa-siswi SD Muhammadiyah Sapen, gabungan dari kelas II hingga kelas V.
Alur cerita serta pembawaan dari anak-anak SD favorit itu mengandung kritik sosial yang cerdas serta dibawakan dengan kejenakaan. Kelucuan yang ada tak jarang membuat penonton tertawa lepas. Gerakan pantomim yang dipadukan dengan sedikit sedikit guyonan anak-anak sungguh perpaduan yang menarik di sepanjang pertunjukan. Tepukan tangan meriah penonton pun membahana di seluruh gedung, ketika “Radio Mbah Darmo” selesai dimainkan.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono, menyatakan bahwa dari pihaknya, pemerintah dan pemangku kebijakan sangat mengapresiasi seluruh panitia hingga terselenggaranya acara yang luar biasa bagi perkembangan pantomim di Yogyakarta. Menurutnya, pantomim dapat menjadi salah satu warna tersendiri bagi Yogyakarta yang dikenal sebagai kota seni dan budaya. “Cipta rasa dan karya yang dibahasakan dalam mimik akan memberi warna tersendiri bagi Yogyakarta sebagai kota budaya,” ujarnya.
Menurut Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Diah Tutuko Suryandaru, Festival Pantomime Yogyakarta ini merupakan program yang digagas untuk menumbuhkembangkan seni pantomime di Yogyakarta. Karena, pantomim sebagai seni yang menggunakan gerak tubuh sebagai media ekspresi selama ini terbilang kurang diminati oleh generasi muda.
Festival Pantomime 2016 berlangsung dua malam, pada Jumat hingga Sabtu (22-23/4). Acara yang digelar di Concert Hall TBY ini digratiskan dan terbuka untuk umum ini dimulai pukul 19.30 WIB. Festival rutinan ini dimeriahkan oleh Sanggar Sapu Lidi (Wonosobo) dengan lakon berjudul: Hijau Bumiku Hijau Negeriku, yang tampil pada jumat malam bersama SD Muhammadiyah Sapen, sebagai pembuka. Di malam kedua, Sabtu (23/4), tampil Dance Mime Community dengan judul: DIRIGENT dan Malmime-Ja & Mila Art dengan garapan lakon: Perempuan di Titik Nol (KM), serta Deaf Art Community, dengan lakon: Mencari Jatayu sebagai penutup Festival Pantonim tahun ini.
Penampilan terakhir dari komunitas Deaf Art juga mendapat apresiasi yang luar biasa. Anggota dari kelompok pantomim Deaf Art Community merupakan perkumpulan anak-anak tunarungu, yang mencoba survive dengan berkarya. Dalam kesempatan itu, para komunitas ini ikut mengumpulkan donasi dengan menjual pin bertuliskan “Difabel for Cancer” untuk disumbangkan kepada para penderita kanker yang sedang dirawat di Rumah Sakit. “Hal ini untuk menunjukkan bahwa kami juga bisa memberikan sesuatu untuk orang lain,” ujar salah satu ketua dan sekaligus pembina komunitas Deaf Art. (Ribas)