YOGYAKARTA–Tak kurang, 500 pelaku ekonomi yang tergabung dalam Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) akan menggelar pertemuan di Yogyakarta dalam waktu dekat. Pertemuan itu bertepatan dengan agenda Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, pada 12 hingga 14 Mei 2016. Sesuai rencana, agenda besar ini akan dilangsungkan di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Ringroad Selatan, Bantul, DIY.
Sesuai dengan amanat Muktamar, adanya pertemuan dan kondsolidasi yang lebih intens di kalangan para saudagar Muhammadiyah dirasakan sangat penting. Hal itu sebagai salah satu upaya mewujudkan kemandirian organisasi yang semakin membesar di abad kedua. Muhammadiyah ke depan harus tetap menjadi organisasi yang mandiri serta independen dari berbagai kepentingan politik. Sehingga, organisasi itu harus tetap mampu membiayai dirinya sendiri, tanpa harus mengorbankan idealisme demi para penyokong dana. Hal itu dikatakan Ketua Panitia Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah Herry Zudianto, saat jumpa pers di Sasono Ondrowino, Yogyakarta, Kamis (28/4).
“Pertemuan nanti merupakan kelanjutan hasil Muktamar Makassar, bagaimana kita harus bisa bergerak bukan hanya dalam dakwah tapi juga dalam sistem ekonomi umum, Pertemuan itu bertujuan memperkuat peran Muhammadiyah dalam membangun bangsa, bukan hanya melalui amal usaha pendidikan dan kesehatan saja, namun juga di sektor ekonomi,” ujar Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah itu.
Herry berharap melalui pertemuan saudagar yang bersamaan dengan Rapat Kerja Nasional Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah tersebut mampu mengembalikan peran para saudagar, sebagai salah satu sokoguru pendirian organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. “Dulu sejarahnya Muhammadiyah bisa berkembang ya dari hasil infaq saudagar-saudagar kita. Tapi sekarang kami merasa peran itu cenderung menurun,” tambahnya.
Menurutnya, selama ini cukup banyak warga Muhammadiyah yang sukses mengembangkan kegiatan ekonomi baik di sektor industri, jasa, serta perdagangan. Namun demikian, mereka masih berjalan sendiri-sendiri dan belum terkoordinasi secara optimal. Karena itu, kedepan para pelaku usaha Muhammadiyah yang telah sukses diharapkan untuk menggandeng para pelaku usaha di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bersama-sama berkembang. “Sehingga Muhammadiyah akan benar-benar diperhitungkan dalam menyokong pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Dalam kesempatan itu, mantan walikota Yogyakarta itu juga menyoroti tentang fakta banyaknya pengangguran muda belakangan ini. Para lulusan universitas lebih banyak yang masih menjadi beban dan tidak bisa mencipta lapangan pekerjaan sendiri. “Saat ini kebanyakan anak lulus sekolah, lulus kuliah mereka pertanyaannya nyambut gawe nandi bukan nyambut gawe opo (kerja di mana bukan kerja apa),” ujarnya. (Ribas)