SUARA MUHAMMADIYAH, MALANG–Peternak cacing Desa Junrejo, Kota Batu, kini telah memiliki teknologi yang memudahkan mereka dalam melakukan budidaya cacing. Jika sebelumnya segala proses peternakan cacing, mulai dari memberi makan, menggemburkan tanah, hingga mengairi lahan harus dilakukan secara manual, kini dengan alat bernama Soil Tilting and Nourishment Machine Worm Farmer peternak bisa melakukannya dengan jauh lebih mudah.
Mesin tersebut merupakan hasil karya program Learning Express (LEx) Singapore Polytechnic (SP) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kolaborasi mahasiswa dari dua negara itu diawali dengan riset di Junrejo yang telah dilakukan setahun sebelumnya, dan berlanjut hingga pembuatan alat yang dilakukan di Singapura.
Kini, alat tersebut sudah bisa dipakai peternak cacing di Junrejo. Serah terima bantuan alat ini dilakukan oleh Pimpinan Proyek, Azharuddin Naseem bersama tim dari mahasiswa SP dan UMM pada peternak cacing desa Junrejo, Sungkono, serta sejumlah warga desa setelah menyaksikan cara kerja alat tersebut, Rabu (27/4) di peternakan cacing Junrejo.
Azharuddin mengatakan, dengan alat tersebut peternak cacing bisa memberi makan cacing dan menggemburkan tanah dalam waktu bersamaan. “Mereka tak perlu lagi capek-capek membawa banyak alat berat ke sana-sini, mereka juga tak perlu mengaduk tanah dengan tangan mereka. Dengan alat ini, pengerjaannya jadi lebih cepat dan mudah,” jelas mahasiswa Singapore Polytechnic yang akrab disapa Azha ini.
Alat tersebut berbentuk seperti troli yang terdiri dari tiga komponen utama. Pertama adalah drum untuk menyimpan makanan cacing. Kedua adalah pipa terletak di kanan dan kiri troli. Pipa ini berfungsi menyalurkan makanan cacing berupa kotoran sapi yang telah difermentasi berbentuk cairan. Ketiga adalah roda bergigi yang terbuat dari stainless steel. “Dengan roda ini, tanah yang sudah disirami makanan cacing tadi bisa diaduk sehingga makanannya bisa terserap sempurna oleh cacing,” terang Azha.
Azha mengungkapkan, pembuatan alat ini memakan waktu sekitar enam bulan. Sejak September 2015, dia bersama tim harus bolak-balik untuk melakukan penelitian serta menyesuaikan kondisi lokasi peternakan cacing dengan alat yang dibuatnya. “Dengan alat ini, saya berharap mereka semakin giat bekerja, penghasilan bertambah dan kesejahteraan mereka jauh lebih baik,” harapnya.
Sementara itu, peternak cacing, Sungkono, mengatakan alat ini sangat mempermudah dirinya mengembangkan usaha ternak cacing yang telah dirintisnya sejak 2014 ini. Ia juga akan berupaya agar alat ini dapat bermanfaat bagi warga Junrejo lainnya yang ingin beternak cacing. “Semoga target hasil ternak bisa meningkat, pendapatan bertambah, masyarakat juga merasakan manfaatnya,” ujarnya setelah resmi menerima alat tersebut.
Selain Azharuddin Naseem, mahasiswa yang tergabung dalam proyek ini yaitu Doyle Tan, Cheung Kai Hong, Yong Wei Yaw, dan Muhammad Firman Abdul Wahab. Kelimanya adalah mahasiswa SP jurusan Mechanical and Aeronautical Engineering. Selama riset, mereka bermitra dengan beberapa mahasiswa UMM yang juga tergabung dalam program LEx.
Staf International Relations Office (IRO) UMM, Karina Sari, dua kali setiap tahunnya, yaitu pada Maret dan September, mahasiswa asing yang tergabung dalam program LEx ditempatkan di beberapa desa yang ada di Malang dan Kota Batu selama beberapa hari untuk melakukan kegiatan sosial.
Dengan tinggal di desa, lanjut Karina, mereka bisa mengetahui permasalahan yang ada di desa tersebut dan menemukan solusi yang dibutuhkan. “Mereka diharapkan memiliki sebuah ide untuk bisa menciptakan teknologi tepat guna yang bisa mengatasi permasalahan penduduk setempat,” terangnya.
Selain dibuat di Singapura, beberapa hasil karya program LEx lainnya juga akan dibuat di Jepang, bekerjasama dengan Kanazawa Institute of Technology (KIT) dan Kanazawa Technical College (KTC). Ke depan, Karina berharap semakin banyak inovasi hasil karya peserta program LEx bagi masyarakat desa. “UMM akan terus berkontribusi melalui kegiatan ini untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat desa yang ada di Malang dan sekitarnya,” pungkasnya. (Humas UMM)