Yogyakarta-Ketua PP Muhammadiyah Drs Dahlan Rais M Hum menaruh harapan supaya frekuensi perkaderan formal yang dilakukan oleh Muhammadiyah bisa diadakan lebih sering lagi. Muhammadiyah harus lebih serius dalam mempersiapkan generasi penerus. Keberadaan kader dan perkaderan dirasakan sangat penting sebagai mesin organisasi. Hal itu dinyatakan dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah pada Kamis siang (29/4/2016) di Gedung PPPPTK Matematika, Condong Catur, Depok, Sleman.
http://devsm.smitnetwork.com/berita/2016/04/29/rakernas-mpk-konsolidasi-arah-program-dan-kegiatan/
“Saya bermimpi frekuensi perkaderan kita itu harus ditingkatkan, frekuensinya. Sampai-sampai saya mengatakan jika kita mengadakan perkaderan, ada lima puluh yang hadir, sepuluh orang yang jadi itu sudah bagus. Yang perlu kita lakukan menambah frekuensinya,” ujarnya.
Dahlan Rais mengasumsikan bahwa dalam setiap sekali proses perkaderan yang dilakukan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) diikuti oleh lima puluh peserta. Dari jumlah itu, menghasilkan sepuluh orang yang sesuai dengan harapan MPK. Jika selama ini frekuensi perkaderan hanya dilaksanakan sekali dalam setahun, maka seharusnya kedepan bisa dilaksanakan lima kali dalam setahun. Sehingga akan menghasilkan lima puluh kader militan dan berkualitas.
“Perkaderan di Muhammadiyah harus dilaksanakan secara berjenjang dan berkelanjutan. Mulai dari tingkatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, hingga Pimpinan Cabang dan Ranting,” katanya.
Di bagian lain, beliau juga mengharapkan supaya kepemimpinan Muhammadiyah yang sekarang mengarus utamakan perkaderan sebagai program unggulan. “Muhammadiyah mengurusi segala aspek. Pimpinan Pusat dipaksa untuk memilih prioritas. Yang kami inginkan, kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang menjadikan peraderan sebagai program utama atau ungulan,” tegasnya.
http://devsm.smitnetwork.com/berita/2016/04/30/haedar-nashir-…u-di-abad-ke-2/
Selain itu, beliau juga menyoroti tentang kegagalan program Dakwah Jamaah yang digagas oleh Muhammadiyah. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya kesiapan kader di ranah akar rumput untuk menjadi juru penerang dan sekaligus penggerak di cabang dan ranting. “Kendala utama ada di kader penggerak. Karena itu, kita perlu memperbanyak kader kita,” tuturnya penuh harap. (Ribas)