YOGYAKARTA—Kader Muhammadiyah di abad ke-2 harus mampu mereproduksi nilai-nilai pembaharuan dan kemajuan yang dahulu pernah dilakukan Kyai Dahlan bahkan melampauinya. Hal itu disampaikan Dr Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam sambutanya pada Rakernas MPK PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Kamis (28/4).
“Ini kewajiban sejarah kita sebagai kader Muhammadiyah”, tegasnya.
Dahulu, lanjut Haedar, Kiyai Dahlan menderikan berbagai amal usaha khususnya sekolah, selalu mengintegrasikan ajaran Islam atau ilmu agama dengan ilmu pengetahuan. Sampai hari ini, hampir semua meniru konsep pendidikan Kiyai Dahlan. “Bukan itu isi ajaran Kyai Dahlan, melainkan bagaimana kita mampu mereproduksi pembaharuan sesuai dengan tantangan zaman. Itulah Islam yang berkemajuan”, tuturnya.
http://devsm.smitnetwork.com/berita/2016/04/30/dahlan-rais-ha…diyah-ditambah/
Jika hari ini kita sebagai kader persyarikatan hanya sebatas meniru apa yang sudah dilakukan Kiyai Dahlan, bagi saya itu merupakan kemunduran”, ucapnya.
Generasi persyarikatan hari ini, seharusnya malu jika berkaca pada pribadi Kiyai Dahlan, imbuhnya. Kiyai Dahlan itu hanya dua kali belajar ke Timur, namun sekembalinya ke Indonesia, Kiyai Dahlan membawa perubahan besar untuk bangsa. “Kita hari ini tidak hanya belajar ke Timur, belajar ke Barat pun sudah kita lakukan, tapi perubahan-perubahan besar tidak kunjung muncul. Harusnya kita malu”, kata Haedar.
http://devsm.smitnetwork.com/berita/2016/04/29/rakernas-mpk-konsolidasi-arah-program-dan-kegiatan/
“Maka kader Muhammadiyah harus mampu mengukir sejarah baru di era post modern ini”, pesanya. (gsh)