YOGYAKARTA. SUARA MUHAMMADIYAH. Kita bisa berdebat panjang, reklamasi pantai dengan menimbun rawa-rawa yang merupakan daerah resapan air itu sebagai upaya membangun atau merusak. Namun, dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa sejak zaman dahulu manusia mengakui perbuatan yang sebenarnya merusak sebagai upaya membangun.
Dengan menyitir ayat 11 dan 12 Surat Al-Baqarah yang artinya, “Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Haedar Nashir menyatakan kalau banyak Manusia zaman sekarang yang terjebak dalam parados perilaku. Mereka yang merasa telah membangun padahal sesungguhnya merusak.
“Manusia saat ini sudah tidak manusiawi lagi dan alam sudah tidak lagi alami. Manusia sudah kehilangan kemanusiaannya dan alam kehilangan kealamiahannya,” ungkap Haedar yang terdengar cukup puitis, namun terasa menohok.
Hal ini disampaikan Haedar saat memberikan sambutan di dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhamamdiyah di Gedung Pascasarjana Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Sabtu, (30/4).
http://devsm.smitnetwork.com/berita/2016/04/30/haedar-nashir-…u-di-abad-ke-2/
Di forum yang dihadiri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar itu, ketua Umum PP Muhammadiyah ini juga menyatakan kalau sudah sejak lama Muhammadiyah mempunyai perhatian pada pembangunan lingkungan dengan menyelamatkan lingkungan hidup dan tidak merusaknya, sesuai dengan prinsip Islam.
Untuk itu, Haedar mengingatkan perlunya dibentuk politik hijau yang membangun kembali relasi antara manusia dan alam yang bersahabat. Ia menyebutkan bahwa para pemikir modernis saat ini memandang bahwa alam merupakan obyek dan benda semata yang berhak dimanfaatkan oleh manusia demi mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Kini kita sadar bahwa keuntungan yang sebesar-besarnya tersebut juga berimbas pada kerugian yang sebesar-besarnya juga. Berupa kerusakan alam yang kian parah. Bukan alam yang tidak mau bersahabat dengan manusia. Tapi manusia lah yang merusak tempat hidupnya sendiri.
Selain itu, menurut Haedar, dalam segi agama penyelamatan lingkungan harus sudah menjadi tujuan syariah. “Gerakan lingkungan harus sudah menjadi kesadaran kita. Maka nanti para mubaligh bisa melakukan gerakan melalui khutbah dan tabligh,” pungkasnya.
Dalam Acara Seminar dan rakernas Majelis Ligkungan Hidup yang mengambil tema “Penguatan Umat Serta Komunitas Melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam yang berkelanjutan”, ini juga diadakan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dengan Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah, dalam rangka konservasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. [k’ies]