Fatimah al-Fihri, Pendiri Universitas Pertama

Fatimah al-Fihri

Foto Dok Ilustrasi

Fatimah al-Fihri, Pendiri Universitas Pertama

Fatimah al-Fihri, nama yang hampir terlupa dalam dunia pendidikan. Padahal dialah Muslim pertama yang mendirikan perguruan tinggi. Dengan latarbelakang sebagai pedagang, ia berhasil membangun masjid yang kemudian menjadi universitas. Universitas pertama dalam sejarah Islam.

Dalam setiap periodesasi sejarah, selalu ada nama perempuan hebat yang dilahirkan. Pada abad ke-9, misalnya, muncul nama Fatimah al-Fihri. Seorang putri saudagar kaya asal Tunisia yang dilahirkan pada tahun 800 M. Nama lengkapnya Fatimah Muhammad al-Fihri, sering dijuluki Oum al-Banine, yang berarti ibu dari anak-anak Fes. Ayah Fatimah, Muhammad al-Fihri, seorang pengusaha sukses di kota Tunisia yang kemudian bermigrasi ke Fes, Maroko. Fatimah al-Fihri hidup dalam keluarga yang sangat kaya dan keturunan bangsawan. Meskipun berasal dari keluarga kaya dan bangsawan, mereka memiliki kepedulian dan kepekaan pada sesama serta memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sering menyambung silaturahmi dengan semua kalangan dan gemar berderma.

Fatimah al-Fihri mempunyai saudara perempuan yang bernama Maryam. Kakak-beradik ini memperoleh pendidikan mumpuni. Mereka berdua tumbuh dalam lingkungan cinta ilmu, mencintai ilmu-ilmu keagamaan dan juga ilmu umum atau sains, khususnya arsitektur dan bangunan.

Di masa Raja Idris ll, awal abad ke-9, Fatimah beserta keluarganya hijrah dari Qayrawan (Tunisia), ke Kota Fez di Maroko. Fez kala itu terkenal sebagai kota metropolitan, dengan penduduk Muslim non-Arab. Kota yang sangat maju. Aktivitas ekonomi saat itu berkembang sangat pesat. Menariknya, di sana terjadi harmoni antara kebudayaan kosmopolitan dan budaya tradisional. Dari sini, Kota Fez berkembang menjadi salah satu kota Muslim yang berpengaruh besar dan diperhitungkan.

Di Kota Fez, keluarga Fatimah al-Fihri terus mengembangkan sayap bisnis. Mereka menjadi pengusaha Muslim yang sukses. Harta kekayaannya melimpah. Namun, dalam waktu yang tidak terlalu lama, Fatimah muda ditinggal oleh ayah dan suaminya tercinta.

Tinggallah Fatimah bersama saudara kandungnya, Maryam. Dua wanita muda ini sepakat akan menggunakan semua warisan kedua orangtuanya untuk membangun masjid dan universitas. Mereka bergaul dengan semua lapisan masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Sejak awal menetap di distrik barat Kota Fes, Maroko, Fatimah dan Maryam mempunyai tekad dan cita-cita untuk kemajuan masyarakat di kota tersebut.

Fatimah memilih untuk membangun masjid, yang dinamakan al-Qarawiyyin (terkenal juga dengan julukan Masjid Jami’ al-Syurafa’). Sementara Maryam membangun masjid al-Andalus, di Spanyol. Dua masjid ini kemudian bertransformasi menjadi universitas, yang kelak menjadi kiblat dunia pendidikan modern. Mulai dari kurikulum, sistem pengajaran, sampai ke urusan simbol akademik. Hingga kini, pakaian mahasiswa (toga) a la Fatimah al-Fitri masih dipakai oleh kampus-kampus di segenap penjuru dunia. Toga yang berbentuk segi empat itu merupakan simbol yang diinspirasi dari bentuk Kakbah di Makkah, sebagai kiblat umat Islam.

Pembangunan Masjid al-Qarawiyyin dimulai pada Ramadhan 245 H/859 M. Fatimah turut serta mengontrol dan mengarahkan semua hal yang berhubungan dengan pembangunan Masjid al-Qarawiyyin. Mulai dari pemilihan lokasi strategis hingga terkait dengan arsitektur bangunannya. Konon, Fatimah gemar berpuasa sunnah selama pembangunan berlangsung. Seluruh biayanya berasal dari kantong pribadinya. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 861 M, masjid megah al-Qarawiyyin dapat berdiri tegak dan mulai beroperasi.

Di Masjid al-Qarawiyyin inilah dilangsungkan sistem pendidikan formal setingkat universitas. Masjid ini menjadi cikal berdirinya Universitas al-Karaouine (al-Qarawiyyin) di Fez, Maroko. Setelah beberapa waktu, barulah dibangun kelas dan ruang belajar. Guiness Book of World Records pada tahun 1998 mencatat universitas ini sebagai kampus tertua di dunia. Jauh sebelum lahirnya Universitas al-Azhar Mesir, Universitas Cambridge, Harvard, Oxford, dan yang lainnya. Di Eropa sendiri, University of Bologna di Italia baru berdiri pada abad ke-11 M. Kemudian diikuti oleh University of Paris di Prancis dan Oxford University di Inggris pada abad ke-12 M.

Tak lama, Masjid al-Qarawiyyin menjadi salah satu tujuan para penuntut ilmu dari berbagai penjuru, mulai Maroko, Jazirah Arab, bahkan Eropa dan Asia. Jumlah mahasiswanya pada abad ke-14 M sudah lebih dari 8.000 orang. Pada masa al-Murabithi berkuasa, para ulama diberi tugas mulia untuk mengajar di Universitas al-Qarawiyyin. Kota itu berubah menjadi kota yang dipenuhi oleh aktivitas keilmuan (nasyr al-ilm wa thalab al-ilm). Sedemikian pesatnya penyebaran ilmu pengetahuan, Kota Fez mampu bersanding dengan pusat ilmu tersohor pada masa itu, yakni Cordova. Adapun di antara cabang ilmu yang diajarkan di Universitas al-Qawariyyin meliputi ilmu tafsir, fiqih, bahasa Arab, kedokteran, matematika, filsafat, musik, sejarah, kimia, astronomi, retorika, dan arsitektur.

Pada saat itu, Universitas al-Qarawiyyin dianggap sebagai pusat intelektual utama di Mediterania. Reputasi yang sangat baik bahkan menyebabkan tokoh Gerber dari Auvergne ikut menjadi mahasiswa Universitas Masjid al-Qawariyyin. Gerber kemudian menjadi Paus Silvester II dan kemudian memperkenalkan angka Arab dan angka nol ke seluruh Eropa. Universitas al-Qawariyyin terus berkembang sebagai kampus inklusif yang menjadi sinar pencerah bagi dunia, tanpa diskriminasi. Tidak hanya terbuka bagi kalangan Muslim, tapi juga diperuntukkan untuk semua. Banyak mahasiswa beragama Yahudi dan Kristen ikut mengeyam bangku pendidikan di sini.

Universitas pertama di dunia ini telah meluluskan banyak sosok pemikir dan ilmuwan Muslim terkemuka. Beberapa di antaranya yaitu Abu Abullah Al-Sati, Abu al-Abbas al-Zawawi, Ibnu Rashid Al-Sabti (wafat 1321 M), Ibnu al-Haj al-Fasi (wafat 1336 M), Abu Madhab al-Fas, Ibn al-‘Arabi (wafat 1240), Ibnu Khaldun (wafat 1395), Ibnu al-Khatib, Alpetragius (Al-Bitruji), Ibnu Harazim, Allal al-Fassi, Leo Africanus, Abd el-Karim el-Khattabi, Maimonides (Ibnu Maimun), Muhammad Taqiuddin al-Hilali, Abdullah al-Ghumari, dan banyak ilmuwan lain.

Tidak salah, Fatimah al-Fihri, wanita hebat yang telah mendedikasikan 80 tahun umurnya untuk kemajuan peradaban dunia. Universitas yang mula-mula digagasnya dari pembangunan masjid, kini dijadikan rujukan oleh dunia. Fatimah al-Fihri yang wafat pada tahun 266 H/880 M telah meninggalkan karya monumental yang menjadi karya sejarah besar dalam peradaban dunia. Namanya tercatat sebagai sosok perempuan yang memiliki cita-cita besar dan kukuh dengan prinsip yang dipegangnya. Wanita Muslim ini meneguhkan darma baktinya bagi umat dan peradaban.•
___________________
Muhammad Ridha Basri, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Kader Muhammadiyah Bireuen, Nangroe Aceh Darussalam.

Exit mobile version