YOGYAKARTA–Ketua umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengharapkan supaya segenap kader Pemuda Muhammadiyah memiliki karakter untuk memajukan dan menggembirakan. Kedua item yang menjadi tujuan awal Muhammadiyah itu harus menjadi karakter utama dan unggulan pada setiap kader. Hal itu dikatakan dalam acara resepsi malam puncak peringatan milad Muhammadiyah ke-84, pada Senin malam (2/5), di gedung DPD RI DIY, Jalan Kusumanegara, Umbulharjo, Yogyakarta.
“Momentum milad, 2 Mei sebagai momentum untuk bangkit menyongsong agenda dakwah kedepan. Islam berkemajuan harus dibangun dari kader-kader yang punya pemahaman yang baik. Syarat untuk menjadi kader yang mampu memajukan dan menggembirakan adalah dengan merawat nalar ilmiah dan merawat akhlak,” ujarnya.
Menurut Dahnil Anzar, dakwah Pemuda Muhammadiyah harus menggembirakan. “Menggembirakan yang lemah, yang miskin, menggembirakan yang bodoh dengan pendidikan. Menggembirakan dalam arti memberdayakan. Memberdayakan yang lemah, yang miskin, yang bodoh,” ungkapnya.
Bagi Dahnil, yang paling utama dilakukan adalah menjadikan kader Pemuda Muhammadiyah sebagai pribadi yang merdeka, tidak terkungkung oleh beban korupsi, tidak terkungkung oleh partai politik, beban akhlak yang buruk, dan lainnya. Rahasia keberanian Pemuda Muhammadiyah untuk menengakkan keadilan dan menumpas kezaliman selama ini salah satunya didorong oleh rasa merdeka, tidak memiliki beban.
Ketika Pemuda Muhammadiyah bergerak dan melakukan sesuatu, maka semua itu bertujuan untuk memperbaiki diri sendiri dan pihak luar. Dalam setiap gerakan Pemuda Muhammadiyah, semisal Gerakan Ayah Hebat dan Gerakan Berjamaah Melawan Korupsi memiliki konsekuensi untuk memperbaiki kualitas internal para Pemuda Muhammadiyah. Dikatakannya, “Semua aktivitas memiliki urgensi untuk memperbaiki kualitas diri.”
Dalam kesempatan itu, Dahnil mengingatkan supaya segenap kader Pemuda Muhammadiyah untuk selalu menjaga dua hal, yaitu merawat nalar ilmiah dan merawat akhlak. “Dalam hadis dikatakan bahwa agama itu adalah akhlak. Akhlak itu seperti haji, harus ada wuquf di arafah. Tidak sah haji tanpa wuquf. Sama halnya dengan tidak ada Islam tanpa akhlak yang baik,” urainya panjang lebar.
Karena pentingnya akhlak itu, Dahnil Anzar menyatakan bahwa para kader harus selalu menjaga akhlak atau dalam bahasa lain disebut keadaban publik. Tindakan Pemuda Muhammadiyah melaporkan Ruhut Sitompul baru-baru ini dilandasi oleh keinginan untuk menjaga ruang publik dari hal-hal yang merusak keadaban publik, termasuk perilaku dan kata-kata yang tuna moral dan tuna etika. (Ribas)