BREBES-Sesuai dengan hasil Musyawarah Daerah (Musyda) PDM Brebes di Bumiayu, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) terpilih untuk bakti periode 2015–2020 akhirnya dilantik di Pendopo Kabupaten Brebes, pada Sabtu (30/04) lalu.
Ketua umum PDM dan PDA Brebes terpilih adalah suami istri, yakni H. Joko Mulyanto, M.Pd dan Hj. Nok Uripah. Hadir dalam acara tersebut Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti, SE dan Wakil Ketua PWM Jawa Tengah Dr.H. Masrukhi, MPd.
Joko Mulyanto menjelaskan, dalam kepemimpinan periode ini ingin kami sampaikan bahwa sedari dulu kita memiliki slogan sedikit bicara banyak kerja. “Slogan kerja ini bisa dilihat para ulama di Muhammadiyah, terbukti dari peran sosial kemasyarakatan yang sudah berjalan sejak berdirinya sekolah, rumah sakit. Muhammadiyah akan berperan dalam pembangunan daerah, pendidikan, ekonomi dan politik sosial,” tandasnya.
Ketua PDM juga menyatakan bahwa karena Kabupaten Brebes adalah milik semua dengan keanekaragamannya. “Muhammadiyah secara umum berharap agar kita semua menjadi manusia yang bersikap adil dalam segala keadaan, manusia terbaik dengan segudang manfaat bukan hanya mengambil manfaat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 143.”
Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti SE mewakili Pemerintah daerah Brebes mengucapkan terimakasih kepada Muhammadiyah dan Aisyiyah yang sudah berkontribusi untuk pembangunan Brebes. Saat ini, Pemda sedang fokus pada masalah penurunan Angka kematian ibu hamil dan bayi baru lahir. Maka saya meminta Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk ikut terlibat aktif melalui pendampingan ibu hamil,” imbuhnya.
Selain itu, kata Idza, ada pekerjaan rumah lain yang perlu dibantu oleh Muhammadiyah, yakni pendidikan. Pemda menganggarkan 11 Milyar untuk pendidikan, ini dimaksudkan agar angka putus sekolah kian menurun. “Saya kira Muhammadiyah ahlinya di bidang pendidikan. Muhammadiyah perlu ambil bagian,” ujarnya.
Wakil ketua PWM jateng Prof. Dr. H. Masrukhi M.Pd saat memberikan tausyiyahnya menyatakan, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah bagian dari organisasi yang membentuk negara. “Jika kita kaji rumusan pancalisa Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” idenya dari ulama Muhammadiyah dan NU, saat itu tokoh yg menggawangi adalah KH Kahar Mudzakir dan KH Mas Mansyur, maka tidak boleh ada yg berucap bahwa Muhammadiyah maupun NU tdk memberi kontribusi bagi negara,” ujarnya. Di akhir ceramah penutup Prof. Masrukhi memimpin bacaan sholawat Badar agar semangat perang Badar dapat dijiwai setiap pribadi. (Ed-Rbs)