Orang-orang Arab pra Islam dan orang-orang Muslim awal mengenal puasa dari masyarakat Yahudi yang banyak tinggal di sekitar kota Madinah. Dalam sebuah Hadits diriwayatkan,
Dari Ibn ‘Abbas ra (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Nabi saw tiba di Madinah dan beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa hari Asyura. Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh-musuh mereka. Oleh karena itu Musa melakukan puasa pada hari ini.” Lalu beliau bersabda, “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Lalu beliau saw mempuasai hari itu dan memerintahkan mempuasainya [HR al-Bukhari (ini lafalnya), Muslim dan Ahmad]. (Al-Bukhari, sahih al-Bukhari, h. 361, Hadits no. 2004, “Kitab as-Saum, Bab Saum Yaum ‘Asyura’”; Muslim, sahih Muslim, I: 504, hadits no. 127 [1130], “Kitāb as-Siyam, Bab Saum Yaum ‘Asyura’”; dan al-Iman”Ahmad, Musnad al-Imam Ahmad, edisi al-Arna’ut dkk. (Beirut: Mu’assasat ar-Risalah, 1421/2001), IV: 393, Hadits no. 2644; dan V: 35, Hadits no. 2831).
Dalam Hadits-Hadits Muslim disebutkan bahwa puasa Asyura juga dilakukan oleh kaum Quraisy di zaman Jahiliah dan Rasulullah saw juga melakukannya sebelum beliau menjadi nabi. Barangkali masyarakat Arab pra Islam tersebut mengenal puasa Asyura itu dari komunitas Yahudi yang tersebar di Hijaz. Kemudian setelah berhijrah ke Madinah Rasulullah saw melakukannya dan memerintahkan umat Islam mempuasainya. (Muslim, sahih Muslim, I: 502, Hadits no. 113 [1125] dan 117 [1126], “Kitab as-Siyam, Bab Saum Yaum ‘Asyura’”)
Kalau begitu pertanyaan beliau tentang puasa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang beliau temukan di Madinah sebagaimana disebutkan dalam Hadits di atas adalah pertanyaan untuk mengecek puasa apa itu. Lalu setelah diberitahu beliau memerintahkannya karena beliau sendiri telah mengenalnya dan mempraktikkannya sebelumnya. Namun kemudian Allah mensyariatkan suatu bentuk puasa yang definitif, yaitu puasa Ramadhan, namun puasa Asyura masih tetap dapat dilaksanakan sebagai suatu ibadah sunat. (Ibid, I: 502, Hadits no. 113, 115, dan116 [1125], “Kitab as-Siyam, Bab Saum Yaum ‘Asyura’”)
Puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua dari hijrah Nabi saw. Sementara puasa Asyura diperintahkan beliau pada bulan Muharam tahun yang sama.• Bersambung