Hari Ini, Ibu Budi Dipanggil Tuhan

Hari Ini, Ibu Budi Dipanggil Tuhan

Para pembaca yang lahir di era 1970-an sampai 1980-an tentu masih ingat kalimat ini: Ini budi, ini bapak budi, ini ibu budi, wati kakak budi, iwan adik budi,…… dan seterusnya.

Bagi yang sudah lupa dan belum tahu, itulah pelajaran Bahasa Indonesia saat duduk di bangku SD kelas 1 dan kelas 2.

Metode cara membaca seperti itu pernah menghiasi masa indah zaman kita anak-anak, dan mengantarkan kita untuk bisa membaca dengan mudah dan menyenangkan.

Hari ini, Selasa (10/5/2016). Siti Rahmani Rauf, penemu metode membaca yang sederhana namun mengasyikkan telah berpulang ke haribaan Allah SwT pada usia 97 tahun.

Siti Rahmani Rauf, Ibu Budi dan Ibu semua generasi 80-90-an ini, lahir di Padang pada 5 Juni 1919 dan memulai karir mengajarnya dari zaman penjajahan Belanda dan juga fasih dalam berbahasa Belanda. Beliau pernah  menjadi Kepala Sekolah SD Tanah Abang 5, Jakarta Pusat.

Ibu 9 anak ini (2 sudah meninggal) ini menemukan idenya sekitar tahun 1980-an. Gagasannya itu kemudian ditulis tangan lengkap dengan visualisasi gambar dan dikirimkan kepada penerbit pemerintah di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Para guru saat itu sangat suka dengan buku itu dan memakainya ketika mengajarkan membaca kepada para murid SD. Buku itupun tersebar ke seluruh daerah di Indonesia, sehingga beliau mendapatkan hadiah dari penerbit berupa Ongkos Naik Haji (ONH) dari di tahun 1986.

Hari ini Ibu yang bersahaja itu berpulang. Namun kenangan kita tentang Budi, Wati, Iwan dan teman-temanya yang selalu ceria dan menggembirakan masa anak-anak kita tidak mungkin hilang dari sanubari kita semua. Selamat jalan bunda, doa kami menyertaimu. [k’ies]

Exit mobile version