Musycab IMM Djazman Alkindi Usung Pembebasan Mustadl’afin

Musycab IMM Djazman Alkindi Usung Pembebasan Mustadl’afin

YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.comDalam rangka mendinamisasikan periodisasi kepemimpinan, PC IMM Djazman Alkindi menggelar Musyawarah Cabang XII dengan tema “Membingkai Gerakan Altruistik sebagai Upaya Pembebasan Kaum Mustadl’afin”. Prosesi pembukaan diselenggarakan di Aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta pada Senin, (9/5).

Nuzulul Purwadana selaku ketua pelaksana, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan Musyawarah Cabang XII ini akan melibatkan 11 komisariat yang ada di PC IMM Djazman Alkindi. Nuzul juga menyampaikan bahwa kegiatan musycab ini memiliki serangkaian kegiatan di antaranya lomba essay dan logo Musycab XII. Harapannya, kegiatan ini akan melahirkan pemimpin handal dan kompeten demi terwujudnya pimpinan yang akan membebaskan mustadl’afin kedepannya.

Ketua Umum PC IMM Djazman Alkindi Lady Farhana mengatakan, “Pergantian kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah organisasi. Jangan sampai berhenti. Kita sudah sama-sama tahu dalam Qs. Annisa ayat 9 dikatakan bahwa kita hendaknya takut jika melahirkan generasi yang lemah. Ini yang harus menjadi catatan kepemimpinan periode ini, jika tidak ada yang melanjutkan kepemimpinan maka menjadi pertanyaan besar bahwa generasi lemah itu telah ada. Maka, kami mengajak seluruh pimpinan untuk berkontribusi dalam kepemimpinan PC ke depan,” ungkapnya.

Lady juga menambahkan bahwa PC IMM Djazman Alkindi ke depan harus memiliki fokus gerakan. “Oleh karenanya, PC IMM Djazman Alkindi di periode ini merekomendasikan kepada periode yang akan datang bahwa tugas utama yang harus dikerjakan adalah pembebasan mustad’afin. Bagaimana keberpihakan PC IMM yang akan datang dalam memerhatikan dan berkomitmen menyelesaikan persoalan kaum mustadl’afin,” tutur mahasiswa UAD itu.

Sementara iyu, Ashad Kusuma Djaya yang mewakili Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Yogyakarta menyampaikan bahwa tema yang diusung pada musycab kali ini sudah sama dengan Muhammadiyah yaitu mengenai bagaimana Muhammadiyah menyantuni kaum dhuafa. Dalam hal ini tugas IMM adalah tidak hanya menyantuni, namun membebaskan –dari ketertindasan. “Persoalannya, dimulai dari mana altruistik ini kita bingkai? Maka kita harus membingkai dimulai dari sekitar kita. Sensitifitas yang ada di sekitar kita jangan dilupakan. Contohnya bagaimana kita menanamkan rasa kepedulian kita pada Kakak kelas yang belum menyelesaikan skripsi,” katanya.

Ashad juga menambahkan bahwa menyoal gerakan pembebasan itu kita harus bercermin pada apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah SAW yaitu mengenai wahyu pertama dalam Qs. Al-’Alaq tentang perintah “Iqra” (membaca). Iqra di sini bukan membaca Alqur’an atau hadist namun bagaimana melatih membaca dan memetakan persoalan. Setelah “iqra” itu turun, maka turun pula Qs. Al-Mudatsir yang esensinya adalah pembebasan itu sendiri. Ashad juga berharap semoga sukses Musycab XII ini dengan melahirkan pimpinan-pimpinan yang unggul dan tangguh. (Ribas)

Exit mobile version