Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Lahirkan JSM sebagai Anak Ketiga

Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Lahirkan JSM sebagai Anak Ketiga

YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2015-2020 telah melahirkan anak ketiga dengan nama Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM). Sebelumnya, pada  periode 2005-2010, MEK melahirkan anak pertama dengan nama Induk BTM (Baitul Mal wa Tamwil). Pada periode 2010-2015, lahir anak kedua MEK dengan nama Fodek PTM (Forum Dekan Ekonomi dan Bisnis Perguruan Tinggi Muhammadiyah). Hal itu diungkapkan oleh Bambang Wijonarko selaku Wakil Ketua Bidang V Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah yang sekaligus diamanahi untuk membawahi Jaringan Saudagar Muhammadiyah.

“JSM memiliki fungsi utama untuk merealisasikan dan membangun ekonomi Indonesia. Maka dari itu, kita minta masing-masing PWM bisa melaporkan potensi bisnis dari masing-masing daerah. Nantinya akan dibahas dan dieksekusi di JSM,” ujar Bambang dalam sesi Pembahasan Bentuk Keorganisasian JSM, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MEK di Gedung AR Fakhruddin A lantai 5, Jumat (13/5).

Ketua MEK Muhammad Nadjikh, menyatakan bahwa JSM sebagai anak ketiga MEK memiliki posisi strategis dalam Muhammadiyah. “Kalau ekonomi sebagai pilar ketiga hanya ditopang oleh MEK, hasilnya kurang mengena. Tapi kalau melibatkan JSM akan jauh lebih baik,” ujarnya seraya mengharapkan sinergi dengan majelis dan lembaga lain di Muhammadiyah. Semisal Majelis Waqaf dan Kehartabendaan sebagai pihak yang berwenang dalam hal legalitas hukum, serta Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan LazisMu yang memiliki banyak program pengembangan Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM).

Tidak hanya itu, JSM diharapkan mampu menghimpun para saudagar dan memberi konstribusi nyata bagi pengembangan roda ekonomi di Indonesia. Nadjikh mencontohkan ibarat para pedagang Negeri Tirai Bambu Cina, tidak memiliki forum atau himpunan khusus dan formal, namun dalam setiap rencana dan eksekusi bisnis selalu dikelola bersama dan saling berkolaborasi. “Cina gak ada penghimpunan, namun kompak, relasi jalan. Nantinya kita harap antar saudagar Muhammadiyah bisa saling bersinergi. Hasilnya akan ada konstribusi untuk Muhammadiyah dengan berbagai macam bentuk, baik waktu, tenaga, pikiran, maupun materil,” ungkapnya.

Dalam sesi itu, para peserta rakernas mendukung secara penuh adanya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh JSM dalam lingkup besar dan mampu memberi konstribusi bagi semua anggotanya. Salah satu delegasi dari Sulawesi Tengah misalnya, mengungkapkan bahwa hal terpenting dari forum ini adalah adanya eksekusi yang nyata di lapangan. “Satu bukti mengalahkan seribu teori,” katanya.

Dalam sesi yang berlangsung selama dua jam itu, disepakati bahwa organisasi JSM berbentuk paguyuban saudagar yang bersifat non-formal. Secara struktural, JSM berada di bawah koordinasi MEK sesuai garis struktural serta wakil ketua MEK yang membidangi JSM secara ex offico menjadi koordinator JSM.

Di bagian akhir, sebagai rencana tindak lanjut, peserta menyetujui untuk segera mengeksekusi Badan Usaha Milik Muhammadiyah dalam bentuk investment building dan atau Perseroan Terbatas (PT). Bahkan forum menyepakati untuk menghimpun modal awal dari paguyuban JSM dengan nominal minimal 100 Milyar. (Ribas)

Exit mobile version