18 Tahun Reformasi, PP Muhammadiyah: Indonesia Perlu Dikawal

18 Tahun Reformasi, PP Muhammadiyah: Indonesia Perlu Dikawal

JAKARTA, Suara Muhammadiyah- Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, Prof Bahtiar Effendy menegaskan bahwa reformasi merupakan tonggak awal perubahan bangsa. Namun setelah reformasi bukan berarti perjuangan menegakkan nilai-nilai demokrasi berakhir. Indonesia perlu terus dikawal untuk selalu berada dalam gerbong yang tepat. Hal itu dikatakan dalam acara pengajian bulanan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang mengambil tema 18 Tahun Reformasi, pada Jumat (13/5).

Menurutnya, sejak era reformasi, Indonesia telah mengalami banyak pencapaian baru, yang dulu mungkin tidak terpikirkan. Kejatuhan rezim Soeharto mengindikasikan sinar pencerahan bagi perjalanan bangsa yang besar ini. Tak hanya pencapaian positif, Indonesia juga mengalami dampak kekecewaan dari kehidupan sosial politik yang baru dimulai. “Termasuk perubahan-perubahan yang sekarang ini kita alami, baik dari segi konstitusi perundang-undangan,” ujarnya saat memberi pengantar pengajian di gedung PP Muhammadiyah Jalan Menteng Jakarta.

Bagi dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidatullah itu, meski kehidupan politik masyarakat Indonesia menjadi begitu demokratis, setiap warga negara tetap harus memiliki kewaspadaan atas melencengnya cita-cita reformasi. Sebab, perjalananan Indonesia sepeninggal reformasi, menjadi sangat bebas dan cenderung mengarah pada liberalisasi yang terlampau jauh. “Kehidupan politik kita menjadi begitu demokratis,” katanya.

Prof Bahtiar mengingatkan bahwa banyak hal yang perlu dievaluasi tentang orientasi bangsa Indonesia ke depan, agar tujuan dan cita-cita reformasi benar-benar terwujud, tak terkecuali agenda besar untuk mewujudkan negara demokratis. Sehingga, perjuangan mahasiswa dan segenap bangsa Indonesia meruntuhkan rezim orde baru pada Mei 1998 tidak sia-sia.

Pengajian rutin PP Muhammadiyah kali ini menghadirkan narasumber Prof Amien Rais, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie dan Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Siti Zuhro. Turut dihadiri oleh para Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tamu undangan dan ratusan peserta lainnya. (ribas)

Exit mobile version