JAKARTA. suaramuhammadiyah.com— Lembaga Maarif Institute telah menyelesaikan tahapan penelitian dan penyusunan Indeks Kota Islami (IKI) di Indonesia. Penelitian yang dilakukan pada 29 kota di Indonesia mulai tanggal 8 Januari – 31 Maret 2016, ini menghasilkan IKI yang berbeda di tiap kota.
Berdasarkan hasil yang direalese ke media, kota Denpasar (Bali) berada di urutan terbaik ketiga dengan nilai 80,64. Nilai ini sama dengan nilai yang diraih kota Yogyakarta dan Bandung yang berada di urutan pertama dan kedua. Sementara itu, kota Padang dan Makasar yang terkenal dengan daerah yang berpenduduk mayoritas muslim justru berada di posisi terakhir, masing-masing urutan ke-28 dan 29.
“Kami melakukan penelitian dengan mengambil sampel 29 kota di Indonesia, penelitian ini memakan waktu lama, 1 tahun,” kata Imam Mujadid Rais selaku Direktur Riset Maarif Institute Ahmad dalam paparan hasil penelitiannya di Hotel Alia Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2016).
Ke-29 kota yang dijadikan sampel dinilai melalui beberapa variable, di antaranya variable aman yang diperhatikan tentang kebebasan beragama dan keyakinan, perlindungan hukum, kepemimpiman dan pemenuhan hak politik perempuan serta hak anak dan difabel. Selain itu, juga memperhatikan variabel sejahtera yang dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kesehatan. Terakhir variabel bahagia dinilai melalui sikap saling berbagi dan kesetiakawanan serta harmoni dengan alam.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq menjelaskan bahwa Indeks Kota Islami tidak mensyaratkan demografi penduduknya menganut agama Islam dalam jumlah tertentu. Tidak ada kota yang homogen 100% secara agama. Namun menurut Fajar, kota Islami ditandai dengan kebijakan pembangunan kota yang berorientasi pada penciptaan sistem kota yang aman, sejahtera dan bahagia. Ketiga variabel kunci ini merupakan turunan operasional dari konsep negara atau kota ideal menurut Al-Qur’an.
“Nah, apakah proses pembangunan kota-kota di Indonesia sudah mengarah pada upaya pencapaian ketiga variabel tersebut? Jadi indeks ini melampaui wacana negara Islam atau khilafah yang masih diusung beberapa kelompok Islam,” ungkap Fajar.
Ketiika ditanya mengapa Jakarta tidak masuk dalam kota yang diteliti. Fajar menyatakan Jakarta memang tidak dimasukkan dalam kota yang diteliti karena walikota di suluruh Jakarta tidak yang dipilih oleh rakyat tetapi ditunjuk oleh Gubernur.
Berikut daftar lengkap nilai Indeks Kota Islami ke-29 kota di Indonesia:
DAFTAR LENGKAP NILAI INDEKS KOTA ISLAMI.