JAKARTA. –Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia menandatangani sebuah nota kesepahaman (MoU) dalam rangka menciptakan budaya toleransi, keragaman dan Hak Asasi Manusia (HAM). Perjanjian kerja sama yang dimaksudkan sebagai upaya diplomasi publik untuk menjembatani pembangunan masyarakat demokrasi dan perdamaian dunia ini dilangsungkan di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (16/5/2016).
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang mengarusutamakan Islam moderat, tidak ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Selama satu abad ini Muhammadiyah telah menjalankan peran-peran untuk menegakkan toleransi, demokrasi dan HAM di Indonesia. Tidak hanya di perkotaan, Muhammadiyah juga aktif menyuarakan toleransi dalam aksi nyata hingga ke daerah-daerah minoritas Muslim. Hal ini diwujudkan misalnya dengan sekolah-sekolah Muhammadiyah di wilayah Indonesia Timur mendidik mayoritas siswa beragama non-muslim.
Pengesahan nota kesepahaman ini ditandatangani secara langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik. MoU ini melingkupi kerja sama kedua belah pihak dalam mempromosikan toleransi dan keragaman, perlindungan fundamental HAM, dan kebebasan beragama bagi setiap orang tanpa memandang kepercayaan, jenis kelamin, dan kesukuan.
“Kerja sama ini diharapkan dapat semakin mempererat hubungan tata dunia yang lebih damai dan toleran. Lewat kerja sama ini diharapkan terjadi peningkatan pemahaman masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Eropa, begitu pula sebaliknya,” kata Haedar.
Haedar mengungkapkan bahwa kerja sama ini sudah dimulai sejak lama oleh kedua belah pihak, meskipun belum ada MoU dalam bentuk tertulis. Kedepan, pelaksanaan dari kerja sama ini akan diwujudkan dalam berbagai macam kegiatan, seperti diskusi kelompok terfokus (FGD), symposium, seminar, lokakarya, serta konferensi-konferensi. Sehingga, kerja sama ini diharapkan dapat membentuk perdamaian abadi serta menghilangkan sektarianisme.
Selama ini, Muhammadiyah juga selalu memelopori upaya-upaya untuk mengajak masyarakat dalam membangun peradaban berkemajuan. Muhammadiyah akan terus mengirimkan para kader dan akademisinya untuk menjelaskan tentang Islam dan masyarakat Islam Indonesia serta perannya dalam membangun peradaban.
Sementara itu, Duta Besar Inggris Moazzam Malik menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman ini. Menurut dia, citra Islam di dunia rusak karena ulah sekelompok orang yang menggunakan nama Islam untuk melegalkan tindak kekerasan. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama dan peran bersama seluruh elemen untuk mewujudkan perdamaian.
“Salah satu masalah internasional besar yang dihadapi semua negara adalah resiko ekstrimisme. Pelajaran yang bisa dimabil selama 15 sampai 20 tahun ini adalah permasalahan internasional tidak bisa hanya diselesaikan oleh satu negara saja,” ujar Moazzam (Ribas)