YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com— Mempelajari pemikiran Kyai Dahlan, sama dengan belajar kearifan dalam kehidupan. “Tiga karakter yang saya amati dari beliau adalah sosok yang cerdas, shaleh, dan pekerja keras,” kata Wawan Gunawan , anggota Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Jika sekilas saya lihat foto beliau, saya yakin kalau beliau ini tidak pernah tertawa terbahak-bahak. Mungkin sesekali beliau tersenyum, karena terlihat serius,” tandasnya dalam acara Diskusi Perkaderan Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPK PDM) Kabupaten Sleman, Ahad, (15/5). Acara diskusi perkaderan sendiri, bertempat di SMK Muhammadiyah Mlati, dan dihadiri oleh lintas generasi aktivis Muhammadiyah Kabupaten Sleman.
Karakter Kyai Dahlan di atas, tergambar dalam buku Pelajaran K.H.A Dahlan; 7 Falsafah & 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an karya K.H.R Hadjid. Keseluruhan karakter tersebut, terhimpun dalam salah satu ajaran beliau, yakni pentingnya keikhlasan dalam hidup. “Untuk menggambarkan ikhlasnya Kyai Dahlan ini, beliau buktikan dengan sikapnya yang berani mengkritik dirinya sendiri sebagi ulama yang masih jauh dari kata baik”, kata Wawan.
“Tentu berbeda dengan ulama sekarang yang pede mengaku dirinya paling benar,” tambahnya. Kyai Dahlan juga tak sungkan untuk belajar pada siapapun. Seperti mempelajari Fikih empat Imam Madzhab. “Maka dari itu, beliau ini madzabnya adalah madzhab belajar,” ujar dosen UIN Sunan Kalijaga ini.
Kearifan Kyai Dahlan juga terlihat ketika menyikapi pertanyaan seorang awam tentang kebolehan shalat dengan menggunakan bahasa daerah. “Jawaban Kyai Dahlan luar biasa. Beliau memperbolehkan orang tersebut shalat dengan bahasa daerah, dengan catatan tetap mempelajari bahasa al-Qur’an,” pungkas Wawan Gunawan. (GR)