JAKARTA–suaramuhammadiyah.com. Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin menyatakan bahwa masa depan maju atau mundurnya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh umat Islam. Oleh karena itu, umat Islam sebagai mayoritas diharapkan bisa bersatu untuk mencapai tujuan bersama, menciptakan kemajuan bangsa.
“Umat Islam harus menentukan masa depan Indonesia, maju mundurnya Indonesia harus ikut ditentukan oleh maju mundurnya umat Islam. Ini idealnya. Dan saya rasa tidak ada salahnya mengatakan seperti itu, karena melihat fakta historis dan realitasnya demikian,” ungkapnya dalam Rapat Pleno VIII Wantim MUI Pusat bertema “Umat Islam dan Masalah Kepemimpinan Bangsa dan Negara” di Kantor MUI, Jakarta, Rabu (18/05/2016).
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) ini sempat menganalogikan umat Islam seringkali menjadi pendorong mobil mogok, namun setelah mobil itu jalan, mereka justru ketinggalan di belakang.
Din yang juga Ketua Pergerakan Indonesia Maju ini mencontohkan, saat terjadi peristiwa tahun 1965, betapa besar peran umat Islam dalam memberantas PKI atau komunisme, tetapi begitu ada Orde Baru, kekuatan tidak di tangan umat Islam. Demikian halnya ketika awal masa pemerintahan Orde Baru, justru kelompok lain yang berperan. Tapi di akhir Orde Baru umat Islam kembali tampil setelah banyak pihak menyadari seperti apa Orde Baru.
Tak hanya itu, pada masa awal reformasi pun, kekuatan umat Islam mampu melengserkan kekuatan Orde Baru dengan tokoh utama Amien Rais. “Terjadi pergeseran, sebelumnya di luar kini mengalami proses integrasi kedalam negara. Bahkan menjadi lokomotif saat reformasi, namun begitu reformasi jalan apakah umat Islam masih menjadi pengendali, yang saya saksikan sepertinya tidak demikian,” ujarnya.
Menurut Din, supaya umat Islam bisa terus berperan sebagai pemain dalam kancah perpolitikan nasional, maka harus ada kesadaran bahwa peran umat Islam dalam kebangsaan tidak boleh disingkirkan. “Dan MUI harus terus meyakinkan itu kepada ormas-ormas. Tidak bisa secara historis peran umat Islam besar, secara demografi juga besar, tetapi disingkirkan,” ungkapnya.
Turut hadir sebagai pembicara pada kesempatan itu, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie serta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva. (Ribas)