Yogyakarta, suaramuhammadiyah, Dakwah Muhammadiyah harus dilakukan secara ofensif. Demikian ungkap Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Yunahar Ilyas dalam Forum Konsolidasi Muhammadiyah, Minggu(22/5/2016).
Saat ini, menurut Yunahar Ilyas, dakwah Muhammadiyah cenderung defensif. Menunggu orang datang baru kemudian didakwahi. Cara ini, tidak bisa digunaakan lagi.
Dakwah Muhammadiyah harus kembali dilakukan secara ofensif, sebagaimana dakwah-dakwah Muhammadiyah pada awalnya. Muhammadiyah mendatangi obyek-obyek dakwah, tidak obyek dakwah yang mendatangi Muhammadiyah. “Tetapi bolehlah kedua model dakwah ini dipadukan, namun jangan hanya defensif,” kata Yunahar.
Ada 6 Komunitas yang harus menjadi fokus dakwah saat ini. Semuanya membutuhkan perhatian dan kadang harus menggunakan cara yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Pertama, dakwah komunitas kalangan atas. Kalangan ini meliputi artis, pengusaha, profesional dan lainnya. Umumnya mereka kaum sosialita dan elitis .
Kedua, dakwah komunitas kalangan menengah. Kalangan ini meliputi dosen, karyawan, PNS dan lainnya. Mereka tergolong ekonomi mapan stabil dan dinamis.
Ketiga, dakwah komunitas kalangan bawah. Kalangan ini meliputi buruh, nelayan dan petani. Mereka mempunyai penghasilan tetapi kadang tak mencukupi.
Keempat, dakwah komunitas kalangan marginal. Kalangan ini meliputi pemulung, gelandangan, anak jalanan dan PSK. Komunitas yang membutuhkan pendekatan khusus.
Kelima, dakwah di komunitas khusus. Kalangan ini termasuk hijaber, biker, Club otomotif, kaum diffabel. LGBT dan lain-lain. Setiap kelompok mempunyai pendekatan yang khusus dan berbeda satu dengan lainnya.
Keenam, dakwah di komunitas Virtual. Kalangan ini termasuk fesbuker, twiters, onliner news dan lain-lain. Dakwan dengan mereka ya tentu lewat dunia yang sama dengan mereka.
Ini tentu butuh ketrampilan khusus pula dalam melakukan dakwah komunitas tersebut. Muhammadiyah tentu harus mempersiapkan da’i-da’inya. (le)