YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com— Acara Konsolidasi Nasional, menghadirkan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr TGH Zainul Majdi, untuk berbagi pengalaman dan pandangannya tentang kepemimpinan. Sosok yang sering disapa Tuan Guru Bajang ini, mengatakan “Di NTB, banyak orang pesimis akan kemampuan dirinya sendiri. Karena sudah terbiasa bermental kalah, ada yang memplesetkan nama NTB ini menjadi Nanti Tuhan Bantu, atau yang lainnya, Nasib Tergantung Bali,” katanya membuka sesi II diskusi paralel Politik Berkemajuan dengan tema Pemerintah Daerah dan Pembangunan Nasional: Perspektif Good Governance, (24/5).
Selain faktor mental masyarakat, ada persoalan sosial lain yang harus dihadapi oleh Zainul. Yakni kemiskinan yang mencapai angka 26% dari total penduduk NTB. Sehingga kebanyakan masyarakat rela meminjam uang untuk bertahan hidup ke rentenir. Ditambah lagi tingkat kematian ibu dan anak yang tinggi. Bahkan tak jarang, tindakan kriminalitas juga ditempuh untuk bisa bertahan hidup. “Padahal di NTB ini banyak ustadz dan madrasah, tapi ironisnya, tindakan kriminalitas juga sering terjadi di masyarakat,” ujarnya. Lantas Zainul berpikir, bahwa semestinya fakta sosial akan banyaknya ustadz, dan madrasah ini dijadikan sebagai modal sosial untuk membangun NTB.
Dikarenakan latar belakang pendidikannya yang berbasis agama, maka Zainul menjadikan niat kepemimpinannya ini sebagai bentuk transaksi kepada Allah. Tak tanggung-tanggung, Zainul memiliki visi kepemimpinan ke arah NTB yang beriman. “Maka dari itu, pemimpin yang beriman, mutlak memerlukan integritas, dan senantiasa terus mempertahankan integritas tersebut,” tambah Zainul. Dari integritas itulah, ia berpendapat akan lahir sebuah kehidmatan. Dimana kehidmatan tersebut diwujudkan dengan membaurnya pemimpin ke dalam masyarakat, sehingga hampir tak ada jarak yang tercipta. Dari pola pikir yang diamalkan ke perbuatan nyata itulah, tolak ukur keberhasilan pemimpin menurutnya adalah menjadikan masyarakat yakin, mampu merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik. (GR)