YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com– “Perubahan itu harus dijemput bukan ditunggu,” tutur Ridwan Kamil, Walikota Bandung saat menghadiri sesi II diskusi paralel Politik Berkemajuan Forum Konsolidasi Nasional dengan tema Pemerintah Daerah dan Pembangunan Nasional: Perspektif Good Governance, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Walikota yang akrab disapa dengan Kang Emil ini menerangkan bahwa salah satu dari strategi yang dijalankannya dalam memajukan kota Bandung adalah dengan ‘Politik Jemput Bola’ bukan ‘Jaga Warung’.
Kang Emil percaya bahwa para pemimpin telah berhasil melakukan perubahan dengan cara yang sama. Yaitu bersifat proaktif melakukan inisiatif dan terjun langsung ke lapangan. Bukan hanya berpaku tangan dan menunggu datangnya kesempatan. “Saya percaya bahwa para walikota atau pemimpin daerah yang berhasil menciptakan perubahan adalah mereka yang proaktif, tidak hanya duduk di meja menunggu laporan. Tapi mereka yang turun ke lapangan, dan berbicara langsung dengan warga,” lanjutnya.
Sesuai dengan budaya masyarakatnya , dalam membangun kota yang kini telah diganjar sekian banyak penghargaan ini bahwa ada beberapa filosofi yang dipegang. Yang pertama adalah selalu berinovasi, tahu diri dan selalu berkolaborasi dengan segenap pihak, dan desentralisasi. “Kita melakukan berbagai kolaborasi denga berbagai pihak, universitas, pebisnis, kelompok sosial keagamaan, dengan semua kita lakukan kolaborasi,” ungkap Walikota dari kota yang sempat menjadi finalis 6 besar dunia untuk Inovasi Smart City dari World Smart City Organisation di Barcelona ini.
Atas dasar ini, Kang Emil yang dulunya sempat lama bergelut menekuni dunia arsitektur, menyakini bahwa pertemanan atau jejaring yang dimiliki oleh seorang pemimpin daerah adalah sesuatu yang pentingnya. “Networking is everything, selama 2 tahun lebih ini saya melakukan lobi ke luar negeri dengan memanfaatkan jejaring terdahulu untuk membangun relasi dan kerjasama. Sudah 20 lebih manfaat yang kami dapatkan dari sana,” paparnya. Menurutnya, salah satu manfaat yang terbesar yang berhasil diraih dari jalinan kerjasama adalah 1 Trilyun investasi Bank Dunia untuk Aerospace Tecnology, 70 Milyar hibah dari negeri Belanda yang dimanfaatkan untuk PDAM Kota Bandung, kerjasama dengan Faceboook serta Singapura.
“Yang membedakan antara pemimpin antara pengikutnya hanya satu yaitu inovasi. Jangan sampai 5 tahun berlalu begitu saja tanpa jejak. Orang yang berinovasi pasti meninggalkan jejak, yang tidak pasti waktunya hanya habis dan tidak ada jejak,” tegas Kang Emil.
Berkat keberaniannya dalam berinovasi dan menjemput ‘bola’, Bandung juga telah bekerjasama dengan Facebook untuk memasarkan produk UMKM nya kepada mayarakat ASEAN. Di penghujung bulan Juni, Kang Emil pun menuturkan bahwa ia akan membukan toko pertama Bandung di Malaysia yang akan menjual berbagai produk kreatif dengan nama ‘Little Bandung’. (Th)