YOGYAKARTA-Tidak sedikit orangtua yang berkeinginan menyekolahkan anaknya di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah. Selain sebagai sekolah kader Muhammadiyah, Muallimaat memiliki visi, mencetak pemimpin putri. Hal ini menarik minat Dr Claire Marie Hefner untuk dijadikan bahan penelitian. “Saya ingin tahu seperti apa aspirasi siswi Muallimaat untuk karier dan keluarga,” ungkap Claire dalam acara public lecture Women, Piety, and Moral Education in Indonesian Muslim Boarding School, yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Pendidikan Islam UIN Sunan Kaijaga, Senin, (30/5/2016).
Untuk fokus penelitiannya, Claire menyatakan, bahwa obyeknya adalah seputar akhlak atau moralitas. Di dalamnya juga membahas tentang harapan, aspirasi, dan visi menuju masa depan para siswi. Selain Muallimaat, ia meneliti Pesantren Krapyak Ali Maksum sebagai pembanding. “Saya pilih kedua sekolah yang ada di Yogyakarta ini, karena cukup terkenal di cakrawala pendidikan Islam,” menurutnya.
Perihal metodologi penelitian, anak dari Robert Hefner ini, menggunakan observasi partisipasi, wawancara, dan juga survey ke beberapa siswi. “Dalam penelitian ini, terdapat beberapa pertanyaan pokok, yang salah satunya, adalah bagaimana pengalaman di Krapyak atau Muallimaat membentuk visi sosial dan agamis mereka,” jelas Claire.
Setelah meneliti kurang lebih selama 4 tahun, Claire mendapatkan hasil, bahwa siswi Mualimaat, memiliki cita-cita yang tinggi. Dari 300 siswi yang menjadi respondennya, sekitar 28%, bercita-cita melanjutkan studi hingga jenjang doktoral. Sementara yang berkeinginan menjadi dosen, ada pada kisaran angka 16%. Selanjutnya, siswi yang hendak menggeluti dunia media dengan menjadi jurnalis, reporter, atau wartawan, mencapai 3 persen. Sedangkan yang ingin menjadi pemimpin persyarikatan Muhammadiyah maupun ortom Aisyiyah, berada pada angka 2%.
“Meski hanya 2%, bukan berarti siswi Mualimaat, tidak ingin aktif di Muhammadiyah ataupun Aisyiyah,” katanya. Mengingat Madrasah Mualimaat Muhammadiyah adalah wadah yang disiapkan untuk pemimpin putri Muhammadiyah dan Aisyiyah. “Mereka ini ingin sukses berkarier, sembari aktif di Muhammadiyah atau Aisyiyah,” ujar Claire.
Ditambah lagi, faktor kebanyakan siswi Muallimaat berasal dari kelas menengah ke atas. Sehingga mereka cenderung mementingkan mobilitas sosial dan karir prestisius. “Dengan adanya temuan ini, tentunya cukup menggembirakan, jika perempuan Muslim di Indonesia, bisa memiliki cita-cita yang tinggi,” pungkas Claire. (GR)